BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan dalam perjalanannya selalu
berusaha mencari cara yang tepat untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Banyak tokoh pendidikan yang berusaha menawarkan cara pendidikan menurut pemahaman dia mengenai pendidikan itu sendiri, dengan tujuan memajukan pendidikan yang ada, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan
pendidikan.
Belajar merupakan suatu usaha sadar yang
bertujuan untuk merubah sikap seseorang. Mengingat gaya belajar siswa yang
berbeda-beda sehingga banyak tokoh-tokoh pendidik yang membahas mengenai
teori-teori pembelajaran, seperti teori belajar sosial yang dikembangkan oleh
Albert Bandura, belajar kognitif yang dikembangkan Jean Peaget, teori belajar Gestalt dan masih
banyak lagi.
John Dewey juga merupakan salah seorang tokoh pendidikan berkebangsaan Amerika yang menawarkan tentang pola pendidikan
partisipatif. Yang bertujuan untuk lebih memberdayakan peserta didik dalam
jalannya proses pendidikan. Pendidikan partisipatif akan membawa peserta didik
untuk mampu berhadapan secara langsung dengan realitas yang ada di
lingkungannya. Sehingga, peserta didik dapat mengintegrasikan antara materi
yang ia pelajari di kelas dengan realitas yang ada. Dengan cara ini
peserta didik dapat lebih aktif dalam proses belajar.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa konsep dasar pemikiran John Dewey ?
2. Apa tujuan pendidikan
menurut Jhon Dewey ?
3. Siapakah yang
termasuk dalam lingkungan pendidikan menurut Jhon Dewey ?
4. Seperti apa proses
pendidikan menurut Jhon Dewey ?
5. Bagaimana metode
pengajaran menurut Jhon Dewey ?
6. Sumbangsih apa saja yang
telah diberikan Jhon Dewey dalam dunia pendidikan ?
C.
TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk mengetahui konsep dasar pemikiran pendidikan John Dewey.
2.
Untuk
mengetahui tujuan pendidikan menurut Jhon Dewey.
3.
Untuk mengetahui siapa saja yang berada dalam
lingkungan pendidikan.
4.
Agar dapat memahami proses pendidikan menurut Jhon
Dewey.
5.
Agar mengatahui metode pengajaran yang baik menurut
Jhon Dewey.
6.
Untuk mengetahui apa sajakah yang telah dilakukan Jhon
Dewey dalam dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. BIOGRAFI JHON DEWEY
John Dewey adalah seorang filsuf, teoritikus, dan reformator pendidikan,
serta kritikus sosial yang sangat memengaruhi masyarakat Amerika Serikat di
awal dan pertengahan abad XX. Bersama Charles Sanders Peirce dan William James,
ia menjadi juru bicara utama filsafat khas Amerika, Pragmatisme, dan ia adalah
pemimpin gerakan pendidikan progresif. Menurut Dewey, tugas filsafat adalah
memberikan pengarahan bagi perbuatan nyata dalam kehidupan
Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran
metafisik belaka. Filsafat harus
berpijak pada pengalaman, dan menyelidiki serta mengolah pengalaman tersebut
secara kritis. Dengan demikian, filsafat dapat menyusun suatu sistem nilai atau norma.
John Dewey dilahirkan pada 20 Oktober 1859 di Burlington, Vermont. Ia anak
ketiga dari empat bersaudara buah hati pasangan Artchibald Dewey dan Lucina
Rich. Ia dibesarkan di kota
yang sama dari keluarga
yang saleh dengan latar
belakang ekonomi kelas menengah. Pendidikan yang dilajalaninya hingga
SMA, berporos pada penghafalan. Cara belajar yang demikian
membosankannya, tetapi ia termasuk siswa
yang rajin dan pintar,
maka ia
dapar menyelesaikan pendidikan dasar
pada usia dua
belas tahun. Pendidikan
menengah yang dijalaninya
lebih berorienrasi pada
studi klasik (bahasa,
sastra, dan matematika). Setelah
menyelesaikan pendidikan persiapan di sekolah negeri Burlington, ia masuk ke
Universitas Vermont pada tahun 1875, tetapi baru pada tahun keempat ia
menemukan minat khusus intelektualnya. Pada tahun 1884, ia meraih gelar doktor
dari Universitas John Hopkins yang pada waktu itu baru didirikan. Setelah
menyelesaikan pendidikan di perguruan
tinggi, Dewey melibatkan
diri dalam dalam dunia pendidikan. Ia pernah menjadi
guru SMA di Oi1 City, negara bagian
Pennsylvania dan menjadi dosen
di Michigan, Minnesota,
Chicago, dan Universitas Coiumbia
di New
York.
Pada tahun 1886 Dewey menikahi mantan muridnya, Alice Chipman. Dia adalah mantan mahasiswanya yang kemudian
menjadi pimpinan dari sekolah laboratorium
di Universitas Chicago. Mereka
memiliki enam orang
anak, tetapi dua orang
putranya meninggal ketika mereka
masih muda. pada tahun 1905, mereka pindah ke Universitas Columbia
dan istrinya meninggal pada tahun 1927. Istrinya sangat berminat
pada pandidikan dan masalah-masalah sosial, dan hal ini memengaruhi Dewey.
Pada tahun 1946, Dewey menikah lagi
dengan seorang janda
bernama Roberta Grant, yang usianya tiga
puluh tahun lebih muda.
Rumah tangganya dijadikan
sebagai laboratorium untuk pengujian kebenaran gagasannya.
Dalam bidang psikologi, ia adalah guru besar psikologi di Universitas
Chikago. Dewey terkenal karena bukunya yang berjudul Psychology yang terbit
pada tahun 1889. Pemikirannya dalam buku ini didasarkan pada filsafat
pragmatime, dimana fokus perhatian psikologi Amerika bukanlah teori tapi
penggunaan praktis . mereka tidak mempertanyakan jiwa (apakah itu jiwa) tetapi
melihat kegunaan jiwa itu bagi manusia.
Setelah lulus Dewey mengajar di Universitas Michigan hingga kepindahannya
ke Universitas Chikago pada tahun 1894, disana Dewey menjabat sebagai kepala
bidang Fakultas Filsafat .Ia tertarik ke Universitas Chikago karena jurusan
pendidikan disana disatukan antara Filsafat dan Psikologi. Sebagai filsuf, dia
mempropagandakan filsafat pragmatisme yang sekaligus merupakan ciri filsafat Amerika
Serikat. Bersama William James mereka mendirkan sekolah Filsafat Pragmatisme.
Dalam bidang pendidikan, ia dianggap sebagai orang yang sangat berpengaruh. Ia
menekankan hubungan antara demokrasi dan pendidikan. Ia mengatakan demokrasi
bukanlah sesuatu yang statis tapi harus terus dipelajari dan terus dikembangkan
dalam pendidikan.
Ia kemudian mendirikan Laboratory School yang dikenal dengan nama The Dewey
School. Di pusat penelitian ini ia pun memulai penelitiannya mengenai
pendidikan di sekolah-sekolah dan mencoba menerapkan teori pendidikannya dalam
sekolah-sekolah. Hasilnya, ia meninggalkan pola dan proses pendidikan
tradisional yang mengandalkan kemampuan mendengar dan menghafal. Sebagai ganti,
ia menekankan pentingnya kreativitas dan keterlibatan murid dalam diskusi dan
pemecahan masalah. Hasilnya sangat baik
serta dipuji karena
menjadi wadah pendidikan
yang paling kreatif dalam
dunia pendidikan di Amerika, bahkan
di dunia pada saat itu.
Perjuangan Dewey bersama teman-temannya di Universitas Chikago untuk
mendirikan psikologi atas dasar filsafat pragmatisme ini melahirkan istilah
kelompok Chikago dari aliran Fungsionalisme. Selanjutnya, ia sependapat dengan
aliran behaviorisme yang melihat tingkah laku manusia sebagai respons terhadap
stimulus, namun Dewey melihat stimulus-respons sebagai suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Pandangan terakhir Dewey ini merupakan cikal bakal
lahirnya psikologi Gestalt. Pada tahun 1904, Dewey berhenti dari Universitas
Chikago karena pertentangannya dengan rektor mengenai pengelolaan dan
pembiayaan departemen pendidikan dan
pindah ke Universitas Columbia sebagai profesor dalam bidang filsafat, dengan
tambahan mengajar di Teacher College. Ia mengajar di Universitas Columbia
hingga masa pensiunnya pada tahun 1929.
Sepanjang kariernya, Dewey menghasilkan 42 buku dan kurang lebih dari
700-an artikel. Diantara beberapa karyanya antara lain adalah :
Ø The Reflex Arc Concept in Psychology (1896),
artikel yang diterbitkan dalam Pyschological Review 3: 367-370.
Ø The School and Societay (1899, 1961).
Ø Student and Locigal Theory (1903).
Ø Logical Conditions of Scientific Treatment of
Morality (1903).
Ø Democracy and Education to the Philosiphy of
Education (1916, 1953).
Ø Essays in Experimental Logic (1916, 1953).
Ø Experience and Education (1938).
Ø Theory of
Valuation (1939), artikel yang dimuat dalam International Encyclopedia
of Unified Science, vol.2 No.4.
Ø Freedom and Culture (1939).
Dewey dikaruniai
kesehatan yang baik sampai ia berusia 80 tahun. Pada November 1951 tulang
pinggulnya patah dan gagal disambung kembali dengan baik. Pada 1 Juni 1952,
Dewey meninggal akibat pneumonia di New York
Amerika Serikat. Berdasarkan pengalaman pola
asuh yang dialami
oleh John Dewey dari orangtuanya, pengalamannya
berumah tangga sebagai seorang
suami dan ayah, pengalamannya
dalam menjalani pendidikan penelaahnya terhadap filsafat,
ilmu jiwa, dan
tulisan dari para pendidik seperti Pestalozzi, Froebel, dan
Herbart, pengamatannya
terhadap pengalaman para guru
SMP/SMA, dan pengawasnya terhadap laboratorium
sekolah yang didirikannya, telah
melahirkan konsep pemikirannya
tentang filsafat, agama,
serta teori dan
praktek yang dimilikinya.
B.
Konsep Dasar Pemikiran John Dewey
Arti Pendidikan
Menurut Dewey,
pendidikan adalah upaya menolong
manusia agar dapat berefleksi
terhadap masalah yang
tirnbul dalam masyarakat dan upaya memperlengkapi mereka agar menghasilkan perubahan
yang nyata dalam kehidupan mereka. Jika
dalam proses pendidikan
tidak ada pengaruh yang positif
terhadap alam dan masyarakat,
maka janganlah disebut
pendidikan, karena pendidikan harus memberikan pengaruh
perubahan dan pertumbuhan. Sifat
sosial adalah yang
penting dari pendidikan itu.
Untuk itu, peran masyarakat yang
demokratis adalah bagian integral
dalam mengembangkan sumber daya
manusia, karena setiap
warga adalah pribadi
yang berharga, bukanlah sebagai
alat untuk melayani maksud negara
atau sarana untuk mencapai tujuan dari
pihak yang berkuasa. Dengan
cara ini, pendidikan berorietasi
pada mempersiapkan lingkungan belajar
yang memacu pengalaman untuk bertumbuh.
Rumusan
Dewey tentang pendidikan
adalah "pembentukan
kembali atau pengorganisasian ulang
pengalaman yang menambah
maknanya dan yang menambah
kemampuan si pelajar
dalam memberi arah terhadap
pengalaman yang selajutnya."
Dan untuk mencapai maksud
tersebut, guru memiliki peranan penting untuk
membimbing pelajar memperluas
pengetahuan dan kemampuan berpikirnya
dalam menjelajah hubungan
baru yang dibangunnya di atas
pengetahuan yang dimiiiki
sebelumnya. Dalam hal ini,
Dewey menekankan bahwa setiap
orang belajar dari pengalamaannya yang
berasal dari aktivitas yang
asli dari lingkungannya.
C. Tujuan Pendidikan
Menurut Dewey, tujuan
bukanlah berada di luar
kehidupan, tetapi berada dalam kehidupan
itu sendiri. Untuk itu,
pembentukan tujuan pendidikan harus didasarkan
pada lingkungan masyarakat di
mana anak didik hidup dan tempat
di mana pendidikan berlangsung.
Tujuan yang ditetapkan haruslah khusus,
tidak berlaku secara
universal, dan temporer, karena
tidak ada kebenaran dan nilai
yang mutlak dan
berlaku secara universal.
Tujuan pendidikan adalah sebagai instrumen
untuk bertindak, yang
hasilnya akan menjadi instrument untuk
pencapaian tujuan berikutnya
dan dijadikan sebagai aiat untuk
bertumbuh. John Dewey memiliki
dua tujuan penting yang
harus diperhatikan dalam menjalankan pendidikan.
Pertama, upaya untuk membedakan hasil-hasil (results) dan tahap
akhir (end). Tahap akhir adalah
hasil dari langkah-langkah yang berkesinambungan dan
teratur yang diambil secara cerdas,
bukan dari kegiatan yang
dilaksanakan pada tahap awal.
Kedua, terdapat tiga
langkah untuk mencapai tujuan
dalam pendidikan, yaitu:
l) mengidentifikasi faktor-faktor
penghalang bagi para pelajar yang
menyebabkan tidak tercapainya tujuan, dan
bersamaan dengan itu, harus
diperhatikan sarana yang
tersedia untuk mencapai
tujuan yang dimaksud;
2) merumuskan urutan pemanfaatan sarana yang ada; 3)
mempertimbangkan kegunaan dari
semua sarana yang tersedia untuk
mencapai tujuan yang dimaksud.
D. Lingkungan Pendidikan
Lingkungan
pendidikan adalah masyarakat
dan masyarakat yang
terbaik adalah masyarakat yang
demokratis, karena setiap
kesempatan untuk bekerja terdapat
di dalamnya. Dengan
demokrasi yang ada,
maka tidak terdapat klasifikasi kesenjangan
sosial dalam masyarakat. Setiap
orang berkesampatan untuk mengambil bagian dan beraktifitas
di dalamnya serta menggunakan intelegensinya secara
maksimal, agar pertumbuhan setiap individu pun
dapat terjadi secara maksimal. Sekolah adalah laboratorium
bagi anak didik untuk belajar
hidup bermasyarakat secara demokratis,
sedangkan guru adalah
peserta yang turut membimbing dalam proses
belajar mengajar, dan bukan
sebagai seorang yang memiliki
otoritas penuh untuk menentukan segala
sesuatu. Anak didik dan guru harus
bebas menentukan dan menatakan perabot kelas dalam ruangannya, dan
melalui sekolah, anak
akan belajar berdisiplin untuk bertumbuh
dalam kehidupan bersama
dengan orang lain dari pengalamannya sendiri,
bukan aturan dari luar yang
diberikan kepada diri anak.
E. Proses Pendidikan
Menurut Dewey, kurikulum
(pokok yang dipelajari)
berupa metodologi (proses
yang teriibat di dalamnya)
dan metodologi mencakup kurikulum,
yang mana keduanya
menyatu. Kurikulum berisi pengalaman-pengalaman yang
teruji yang dapat
diubah dan dapat dibentuk
berdasarkan minat dan
kebutuhan siswa, dan
metodenya adalah learning by
doing yang terfokus pada
keaktifan siswa. Keberadaan
siswa adalah sekelompok orang yang memiliki kemampuan yang
luar biasa dan
kompleks untuk berturnbuh, sedangkan guru adalah orang yang
berperan untuk mengawasi
dan membimbing pengalaman belajar
siswa, tanpa mengganggu
minat dan kebutuhan siswa.
F. Metode Pengajaran John Dewey
Menurut John Dewey metode reflektif di dalam
memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati, yang
dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang definitif melalui
lima langkah.
& Siswa mengenali masalah, masalah itu datang dari
luar diri siswa itu sendiri.
& Selanjutnya siswa akan menyelidiki dan
menganalisa kesulitannya dan menentukan masalah
yang dihadapinya.
& Lalu dia
menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain, dan
mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam
bertindak ia dipimpin oleh
pengalamannya sendiri.
& Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau
hipotesis dengan akibatnya masing-masing.
& Selajutnya
ia mencoba mempraktekkan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya
terbaik. Hasilnya akan membuktikan betul-tidaknya pemecahan masalah itu.
Bilamana pemecahan masalah itu salah atau kurang tepat, maka akan di cobanya
kemungkinan yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan
masalah itulah yang benar, yaitu yang berguna untuk hidup.
Namun langkah-langkah ini tidak dipandang secara
kaku dan mekanistis, artinya tidak mutlak harus mengikuti urutan seperti itu.
Siswa bisa bergerak bolak-balik, antara masalah dan hipotesis ke arah
pembuktian, ke arah kesimpulan dalam batas-batas aturan yang bervariasi. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan instruksional ini mirip dengan suatu
penelitian ilmiah di mana suatu hipotesis dapat diuji dan dirumuskan.
Selanjutnya Dewey menganjurkan agar bentuk isi pelajaran hendaknya dimulai dari
pengalaman siswa dan berakhir pada pola struktur mata pelajaran. Dengan
demikian jelas betapa pentingnya makna bekerja, karena bekerja memberikan
pengalaman dan pengalaman memimpin orang berpikir sehingga dapat bertindak
bijaksana dan benar. Pengalaman itu mempengaruhi budi pekerti. Ada pengalaman
positif dan ada pengalaman negatif. Pengalaman yang positf adalah pengalaman
yang benar, sebab faedahnya dapat diterapkan di dalam kehidupan. Sebaliknya,
pengalaman negatif adalah pengalaman yang salah, merugikan atau menghambat
kehidupan dan tak perlu dipakai lagi.
G. Sumbangsih John Dewey dalam
Dunia Pendidikan
Pada
masa kecil dan mudanya, Dewey melihat bahwa pendidikan
hanya diberikan kepada anak-anak
laki-laki dan dari
keluarga yang tergolong kaya secara
ekonomi. Dalam proses pembelajaran,
anak'anak yang belajar, hanya duduk
diam di kelas dan hanya mendengar pelajaran secara
pasif dan sopan. Dengan
cara demikian, anak
hanya menerima pelajaran secara akademik saja dan tidak diajarkan
untuk berpikir dan beradaptasi
dengan dunia di luar
sekolah. Karena keadaan demikian,
lahirlah ide-ide penting
dari dirinya pertama, anak-anak adalah
pembelajar aktif (active
learner), mereka akan dipacu
untuk belajar lebih baik jika
mereka aktif dalam
proses belajar mengajar. Kedua, pendidikan seharusnya
difokuskan kepada seluruh
aspek kepribadian anak dan memperkuat
kemampuannya untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungan di mana ia
berada, sehingga ia mampu
memecahkan masalah yang
dialaminya secara reflektif dan
yang ketiga adalah, semua anak-anak,
baik laki-laki maupun perempuan, dari semua lapisan
sosial-ekonomi serta semua etnis,
memiliki hak untuk mendapat pendidikan
yang layak. Dalam dunia
pendidikan saat ini, konsep
pemikiran tentang John Dewey masih memiliki pengaruh
yang besar.
Konsep Active-Iearner adalah konsep
yang dimunculkan oleh Dewey yang menunjukkan
bahwa setiap anak didik memiliki
kemampuan untuk bertumbuh dengan memberdayakan seluruh
potensi yang mereka
mereka miliki melalui pendidikan yang
mereka dijalani. Di
Indonesia, konsep active-learner dikenal
dengan pendidikan partisipatif, yang
menekankan keterlibatan aktif peserta
didik dalam proses pendidikan. Dengan pola ini,
siswa dipacu untuk
terlibat secara akrif
untuk dapat mengembangkan
seluruh sumber daya
yang dimiliknya. siswa
tidak hanya diam, mendengar, dan
mencontoh guru, sedangkan
guru haruslah menjadi fasilitator
dan memotivasi siswa
untuk berdialog dan berekspresi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
# John Dewey adalah orang
yang berpengaruh dalam sejarah pendidikan dunia.
Konsepnya tentang pendidikan
masih dipakai hingga saar ini.
# Rumusan Dewey
tentang pendidikan adalah "pembentukan kembali
atau pengorganisasian ulang pengalaman
yang menambah maknanya
dan yang menambah kemampuan
si pelajar dalam
memberi arah terhadap pengalaman yang selajutnya."
# Tujuan bukanlah berada
di luar kehidupan, tetapi berada dalam kehidupan
itu sendiri. Untuk itu,
pembentukan tujuan pendidikan
harus didasarkan pada
lingkungan masyarakat di
mana anak didik hidup dan tempat
di mana pendidikan berlangsung.
# Menurut John Dewey metode
reflektif di dalam memecahkan masalah, yaitu suatu proses berpikir aktif,
hati-hati, yang dilandasi proses berpikir ke arah kesimpulan-kesimpulan yang definitive.
# Ide-ide penting Jhon Dewey pertama, anak-anak adalah
pembelajar aktif (active
learner). Kedua, pendidikan
seharusnya difokuskan kepada
seluruh aspek kepribadian anak dan
memperkuat kemampuannya untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ketiga adalah, semua
anak-anak, baik laki-laki maupun
perempuan, dari semua
lapisan sosial-ekonomi serta
semua etnis, memiliki hak untuk mendapat pendidikan
yang layak.
DAFTAR PUSTAKA
Nasiban, Ladisiaus. (2004). Para Psikolog
Terkemuka Dunia (Riwayat Hidup, Pokok, dan Pikiran). Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia
Santrock, Jhon W. (2007). Psikologi Pendidikan,
Edisi Kedua. Jakarta: Kencana.
Putri, Rima. (2015). Teori Belajar Jhon Dewey.
Tersedia di laman http://rima-putri13.blogspot.co.id/2015/01/teori-belajar-john-dewey.html. Diakses tanggal 13 September 2017.
Rostitawati, Tita. (2014). Konsep Pendidikan Jhon
Dewey. Tersedia di laman http://jurnal.iaingorontalo.ac.id/index.php/tjmpi/article/view/239. Diakses pada tanggal 13 September 2017.
Holil, Anwar. (2008). Metode Pengajaran John
Dewey. Tersedia di laman
http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/metode-pengajaran-john-dewey.html. Di
akses pada tanggal 13 September 2017.
Maiweng, Peniel. (2009). Analisis Konsep
Pemikiran Jhon Dewey. Tersedia di laman http://download.portalgaruda.org/article.php?article=283972&val=7142&title=Kajian%20Analisis%20Terhadap%20Konsep%20Pemikiran%20John%20Dewey. Diakses pada tanggal 14 September 2017.