Sabtu, 29 Desember 2018

TEORI ETOLOGI DAN EKOLOGI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Teori perkembangan adalah teori yang memfokuskan pada perubahan-perubahan dan perkembangan struktur jasmani (biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematiannya. Mempelajari teori-teori perkembangan tidak hanya berguna bagi orangtua dan guru dalam memberikan pelayanan dan pendidikan kepada anak sesuai tahap perkembangannya, melainkan juga berguna dalam memahami diri kita sendiri dengan cara pendekatan biologis, lingkungan dan suasana serta interaksi. Teori perkembangan akan memberikan wawasan dan pemahaman tentang sejarah perjalanan hidup kita sendiri (sebagai bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau lanjut usia). Teori perkembangan juga sangat berguna bagi pengambilan kebijaksaan dalam merumuskan program dan bantuan bagi anak-anak dan remaja. Seiring dengan perkembangan masyarakat temporer yang ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam berbagai dimensi kehidupan individu, teori perkembangan semakin dirasakan kegunaannya oleh masyarakat. Masyarakat makin menyadari betapa individu yang hidup pada era modern sekarang ini berada pada masa-masa sulit.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud teori etologi ?
2.      Apa yang dimaksud teori sistem ekologi ?
3.      Apa saja yang mempengaruhi aspek perkembangan teori tersebut ?

C.     Tujuan
1.      Dapat menjelaskan maksud dari teori etologi
2.      Dapat menjelaskan maksud dari toeri sistem ekologi
3.      Dapat memaparkan aspek perkembangan apa saja yang mempengaruhi teori tersebut


BAB II
PEMBAHASAN 
BIOGRAFI JOHN BOWLBY
Edward Jhon Mostyn Bowlby (26 Februari 1907 - 2 September 1990) adalah seorang psikiater dan psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam perkembangan anak.  Bowlby lahir di London dari keluarga kelas menengah. Ia adalah anak ke empat dari enam anak dan dibesarkan oleh seorang pengasuh dengan gaya Inggris kelasnya pada saat itu.  Ayahnya, Sir Anthony Bowlby, adalah ahli bedah keluarga kerajaan. Sedangkan kakeknya tewas saat bertugas sebagai wartawan perang dalam Perang Opium. Biasanya, Bowlby melihat ibunya hanya satu jam sehari setelah minum teh, meskipun selama musim panas ia lebih sering di rumah. Seperti banyak ibu-ibu lain dari keluarga kelas menengah, ia menilai bahwa perhatian dan kasih sayang orang tua akan menyebabkan berbahaya memanjakan anak-anak.
Bowlby beruntung bahwa pengasuh dalam keluarganya hadir sepanjang masa kecilnya.
Bowlby mempelajari psikologi dan ilmu pra-klinis di Trinity College, Cambridge, dan dia memenangkan hadiah untuk kinerja intelektual yang luar biasa.  Setelah tamat dari Cambridge, ia bekerja dengan anak-anak maladjusted, kemudian pada usia 22 tahun di melanjutkan kuliah di University College Hospital di London. Pada usia 26 tahun, ia tamat dalam bidang kedokteran. Saat masih kuliah di fakultas kedokteran, ia mendaftarkan diri ke Institut Psikoanalisis.  Setelah kuliah kedokteran, ia dilatih psikiatri untuk menangani gangguan dan penyakit mental pada orang dewasa di Rumah Sakit Maudsley. Pada tahun 1937, ia memenuhi syarat sebagai seorang ahli psikoanalis.
BIOGRAFI URIE BRONFENBRENNER
Urie Bronfenbrenner dilahirkan pada 29 April, 1917 di Moskow, Rusia. Bapaknya bernama Dr Alexander Bronfenbrenner dan ibunya adalah Eugenie Kamenetski Bronfenbrenner., Keluarganya pindah ke Amerika Serikat saat Urie berumur enam tahun. Setelah menetap di Pittsburgh untuk suatu waktu yang singkat, mereka pindah ke Letchworth Village, adalah sebuah lembaga di New York, di mana bapaknya bekerja sebagai seorang ahli patologi klinis dan direktur penelitian. Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Haverstraw, Bronfenbrenner menghubungkan studi dalam dua spesialisasi yaitu piskologi dam musik di Universitas Cornell pada tahun 1938. Dia telah melakukan pekerjaan penelitian terkait psikologi perkembangan serta dapat menghabiskan studi tingkat Sarjana di Universitas Harvard, diikuti oleh Ph.D . dari Universitas Michigan pada tahun 1942.
Dua puluh empat jam setelah menerima gelar doktor, Urie Bronfenbrenner telah dilantik ke dalam Angkatan Bersenjata, di mana ia menjabat sebagai seorang psikolog dalam berbagai tugas untuk tim Angkatan Udara dan Kantor Layanan Strategis US Setelah menyelesaikan pelatihan kepegawaian, dia bersama dalam tim Medis Militer Amerika Serikat (AS). Setelah tamat Perang Dunia II, Bronfenbrenner bekerja sebagai Asisten Kepala Psikolog Klinis bagi Administration and Research for the Veterans 'Administration untuk suatu waktu yang singkat. Kemudian ia mulai bekerja sebagai Asisten Profesor Psikologi di Universitas Michigan.Pada tahun 1948, ia menerima jabatan professor dalam Pembangunan Manusia, Studi Keluarga, dan Psikologi di Universitas Cornell. Pada 1960-an sampai awal 1970-an, Bronfenbrenner menjabat sebagai anggota Dewan Pengawas Cornell. Pada saat kematian, Bronfenbrenner adalah Professor Emeritus di bidang Pembangunan Manusia dan Psikologi dalam Departemen Ekologi Manusia di Universitas Cornell. Bronfenbrenner meninggal dunia pada usia 88 tahun di rumahnya, Ithaca, New York pada 25 September 25 2005 akibat komplikasi diabetes.
Urie Bronfenbrenner menikah dengan Liese dan mendapat enam anak yaitu Beth Soll, Ann Stambler, Mary Bronfenbrenner, Michael Bronfenbrenner, Kate Bronfenbrenner dan Steven Bronfenbrenner.Urie Bronfenbrenner memainkan peran yang sangat penting membentuk program-program pembangunan. Ini termasuk menjadi pendiri program bernama Head Start yaitu satu program pengembangan anak federal. Program Head Start ini sangat sukses dan merupakan program yang paling lama dilaksanakan dalam membasmi siklus kemiskinan di Amerika Serikat. Sepanjang keterlibatannya di dalam karirnya, ia telah diberikan beberapa penghargaan di atas kontribusi dalam bidang ekologi. Diantaranya penghargaan "Lifetime Contribution to Developmental Psychology in the Service of Science and Society" oleh The American Psychological Association yang kemudian menamakan penghargaan tersebut sebagai "The Bronfenbrenner Award. Dia juga memperoleh penghargaan" The James McKeen Catell "dari the American Psychological Society.
Kontribusi Urie Bronfenbrenner yang terpenting adalah melalui hasil-hasil penerbitan beliau, yaitu: Bronfenbrenner, "Two Worlds of Childhood" yang diterbitkan pada tahun 1972, "Influencing Human Development" yang diterbitkan pada tahun 1973, "Two Worlds of Childhood: US and USSR" yang diterbitkan pada tahun 1975, "Influences on Human Development" juga diterbitkan pada tahun 1975, "The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design" yang diterbitkan pada tahun 1979, "on Making human beings Human" yang diterbitkan pada tahun 1981 dan "The Twelve Who Survive: Strengthening Programmes of Early Childhood Development in the Third World" yang diterbitkan pada tahun 1992.
Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbal balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial, kutural, dan histories dimana interaksi tersebut terjadi. Menurut teori ini interaksi setiap anak terhadap berbagai aspek berpengaruh langsung terhadap perkembangan anak tersebut. Hipotesis ini menarik perhatian para ahli untuk meneliti lebih dalam seberapa besar pengaruhnya dengan berbagai konsep dan pandangan masing-masing.
Teori Etologi
Etologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang berarti ilmu. Ethos juga dapat diartikan etika atau karakter. Jadi secara etimologi, Etologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau karakter. Etologi pada awalnya dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan yang dilakukan oleh Konrad Lorenz namun kemudian Jhon Bowlby menggambarkan penerapan penting dari teori etologi dalam perkembangan manusia.
Pandangan Etologis
Teori Bowlby ( Teori Kelekatan)
Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah laku lekat pada anak manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku. Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan yang saling menguntungkan (mutuality attachment).Teori etologi juga menggunakan istilah “Psychological Bonding” yaitu hubungan atau ikatan psikologis antara ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992).Bowlby menyatakan bahwa kita dapat memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat berkembang.Dalam kehidupannya seringkali manusia menghadapi ancaman, untuk mendapat perlindungan, anak-anak memerlukan mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan kata lain mereka harus mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment).
Fase-fase kelekatan :
1.      Fase 1 (sejak lahir sampai usia 3 bulan)
respon tak terpilah kepada manusia Selama bulan pertama di awal hidupnya, bayi menunjukkan beragam jenis respon kepada orang-orang disekitarnya dengan cara yang sama.26 Bayi tersenyuman pada semua orang bahkan dengan mata tertutup bayi menunjukkan respon yang sama terhadap semua orang. Senyuman tersebut dapat mendekatkan kemelekatan dengan pengasuhnya, setelah tersenyum mereka mulai melanjutkan dengan berceloteh. Celoteh bayi dan senyuman adalah pemicu sosial yang berfungsi mempertahankan figur ibu dalam kedekatan dengan bayi dengan menunjukkan interaksi diantara mereka.
2.        Fase 2 (usia 3 sampai 6 bulan)
 fokus pada orang-orang yang dikenal Pada fase ini bayi mulai membatasi senyumannya pada orang yang dikenalnya saja. Ketika melihat wajah yang tidak dikenalnya mereka hanya diam saja. Celoteh dan tangisan hanya bisa didiamkan oleh orang yang dikenalnya saja, bayi tampaknya hanya mengembangkan kemelakatan yang paling kuat kepada orang yang paling sigap dengan sinyal mereka dan yang terlibat dengan interaksi yang paling menyenangkan mereka. 
3.      Fase 3 (usia 6 sampai 3 tahun)
 kelekatan yang intens dan pencarian kedekatan yang aktif Pada usia 6 bulan, kemelekatan bayi pada orang tertentumenjadi semakin intens dan eksklusif. Hal tersebut terlihat saat figur ibu meninggalkan ruangan sang bayi akan menangis keras dan memperlihat kecemasan terhadap perpisahan. Ketika ibunya kembali dan berada dipelukan ibunya, maka bayi akan balas memeluk ibunya dengan senyuman bahagia. Pada usia 7 bulan bayi menunjukkan ketakutan pada orang asing, hal tersebut terlihat dengan tangisan yang keras ketika melihat orang asing. Saat bayi sudah bisa merayap sekitar usia 8 bulan sang bayi mulai mengikuti orangtua yang berjalan meninggalkannya.
4.      Fase 4 (usia 3 tahun sampai akhir masa kanak-kanak)
Tingkah laku persahabatan Sebelum menginjak usia 3 tahun anak-anak hanya berkonsentrasi pada kebutuhannya sendiri untuk mempertahankan kedekatan kelekatan tertentu pada pengasuh atau orangtua. Mereka belum bisa memahami rencana atau tujuan pengasuhnya. Menginjak usia 3 tahun mulai bisa memahami rencana dan dapat membayangkan apa yang dia lakukan saat orangtuanya pergi sehingga mulai bertindak seperti rekanan di dalam hubungan dengan orangtuanya

Teori Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungnnya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat") danlogos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Teori ekologi dicetuskan oleh Urie Bronfenbrenner (1917-2005). Dalam teori ini lebih mengedepankan faktor lingkungan daripada faktor biologis. Teori ini menekankan pentingnya dimensi mikro dan makro dari lingkungan yang menjadi tempat hidup anak. Teori ekologi Bronfenbrenner (Bronfenbrenner, 1986, 2004; Bronfenbrenner & Morris, 1998, 2006) menyatakan bahwa perkembangan mencerminkan pengaruh dari sejumlah sistem lingkungan.
Adapun sistem lingkungan yang diidentifikasi dalam teori ini yaitu :
1.      Mikrosistem,
yaitu lingkungan tempat individu hidup. Konteks ini dapat mencakup struktur dan proses yang berlangsung pada setting tatap muka individu (immediate settings), misalnya keluarga, kawan-kawan sebaya, sekolah, ruang bermain, lingkungan sekitar, dan lain sebagainya. Dalam mikrosistem ini terjadi interaksi langsung antara individu dengan agen-agen sosial, misal interaksi seorang anak dengan orang tuanya, seorang anak yang bermain dengan kawannya di Sekolah, seorang murid dengan gurunya, dan lain sebagainya. Dalam setting ini, individu tidak dipandang sebagai seorang yang pasif namun lebih berperan dalam membangun lingkungan.
2.      Mesositem
yaitu konteks penghubung (mata rantai) dan proses yang berlangsung dalam dua setting atau lebih dari individu. Dengan kata lain, mesositem merupakan sistem dari mikrosistem yang terdiri dari relasi antarmikrosistem atau koneksi diantara beberapa konteks. Contohnya hubungan rumah dengan sekolah, pengalaman sekolah dengan keagamaan. Sebagai contoh, anak-anak yang orang tuanya menolak relasi dengan mereka akan mungkin mengalami kesulitan untuk mengembangkan relasi positif dengan guru mereka.
3.      Eksositem
Yaitu konteks yang berkaitan antara lingkungan sosial, prosesnya terjadi di dua setting atau lebih dan individu yang berkembang tidak berperan aktif melainkan event-event yang terjadi dapat mempengaruhi proses yang berlangsung pada immediate setting. Contohnya relasi antara rumah dengan lingkungan kerja orang tua. Misal, bagi seorang suami atau anak yang dirumah, sedangkan ibunya bekerja dan memperoleh kenaikan jabatan yang menuntutnya untuk lebih banyak bepergian, sehingga hal ini memungkinkan terjadinya peningkatan konflik dengan suaminya dan mengubah pola interaksi dengan anaknya. 
4.      Makrosistem,
Adalah budaya tempat individu hidup. Konteks ini mencakup pola-pola ideologi dan organisasi institusi sosial dalam suatu budaya atau sub-budaya, dimana budaya merujuk pada pola-pola perilaku, keyakinan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan adanya perbandingan antara budaya yang satu dengan yang lainnya memberikan informasi mengenai generalisasi perkembangan. Dalam makrositem ini mencakup ketiga konteks diatas, yakni mikrosistem, mesosistem, dan eksosistem.
5.      Kronosistem,
Yaitu pola peristiwa-peristiwa lingkungan dan transisi dari rangkaian kehidupan dan kedaan-keadaan sosiohistoris. Salah satu contoh transisi adalah perceraian. Para peneliti menemukan bahwa dampak-dampak negatif dari perceraian terhadap anak-anak sering sering kali memuncak ditahun pertama setelah perceraian (Hetherington, 1993).Dua tahun setelahnya, interaksi keluarga mulai stabil, teratur, sudah tidak terlalu kacau. Sebagai contoh keadaan sosiohistoris, kita bisa melihat kesempatan bagi wanita untuk menjadi wanita karier yang memuncak sejak tahun 1960-an.
Bronfenbrenner (2004; Bronfenbrenner & Morris, 2006) baru-baru ini menambahkan pengaruh biologis dalam teorinya dan dikenal dengan nama teori bioekologi. Akan tetapi, adanya pengaruh biologis tersebut tidak mengubah teori Bronfenbrenner sebelumnya, konteks ekologi dan lingkungan masih memegang perang utama dalam teori Bronfenbrenner. 
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
 Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, yaitu faktor dari dalam diri, dari luar diri anak dan interaksi keduanya. Adapun faktor yang berasal dari luar adalah faktor kondisi ibu dan kondisi lingkungan. Perilaku ibu dianggap memegang peranan penting dalam perkembangan anak karena ibu memegang peranan penting di awal kehidupan seorang anak. Anak mendapatkan kesan pertama mengenai dunia melalui perilaku dan sikap ibu terhadap anak terutama di awal usianya. Jika ibu berlaku baik maka kesan anak tentang dunia dan lingkungan positif dan sikap anak juga akan menjadi positif. Hal ini dapat menyebabkan anak mampu mengeksplorasi lingkungan secara optimal, akibatnya perkembangan perilaku, emosi, sosial, kognitif dan kepribadian anak akan optimal pula . Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kehangatan dan afeksi yang diberikan ibu pada anak akan berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya. Kehangatan dan afeksi yang diberikan ibu selanjutnya disebut kualitas hubungan ibu dan anak. Kualitas hubungan ini jauh lebih penting dibandingkan dengan kuantitas atau lamanya waktu yang dihabiskan ibu bersama anak. Ibu yang menghabiskan waktu lebih banyak namun dengan perilaku yang buruk tidak akan membantu anak berkembang secara optimal. Menurut Ainsworth (dalam Belsky, 1988) hubungan kelekatan berkembang melalui pengalaman bayi dengan pengasuh ditahun-tahun awal kehidupannya. Intinya adalah kepekaan ibu dalam memberikan respon atas sinyal yang diberikan bayi, sesegera mungkin atau menunda, respon yang diberikan tepat atau tidak. Kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus, Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak. Kelekatan bukanlah ikatan yang terjadi secara alamiah. Ada serangkaian proses yang harus dilalui untuk membentuk kelekatan tersebut. Anak yang percaya kebutuhannya akan terpenuhi akan mengembangkan rasa percaya. Berdasarkan kualitas hubungan anak dengan pengasuh, maka anak akan mengembangkan konstruksi mental atau internal working model mengenai diri dan orang lain yang akan akan menjadi mekanisme penilaian terhadap penerimaan. Anak yang merasa yakin terhadap penerimaan lingkungan akan mengembangkan kelekatan yang aman dengan figur lekatnya dan mengembangkan rasa percaya tidak saja pada ibu juga pada lingkungan. Hal ini akan membawa pengaruh positif dalam proses perkembangannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ibu memegang peranan penting dalam proses perkembangan seorang anak. Hubungan kelekatan yang diharapkan terjalin adalah kelekatan yang aman. Dengan kelekatan yang aman diharapkan anak akan mampu mencapai perkembangan yang optimal, sebaliknya bila kelekatan yang terjadi adalah kelekatan yang tidak aman maka anak akan mengalami masalah dalam proses perkembangannya. Selanjutnya hal ini dapat menjadi akar dari berbagai masalah kriminal dan sosial yang marak terjadi akhir-akhir ini. Demikianlah gambaran sekilas mengenai dinamika yang terjadi pada masa kanak-kanak dihubungkan dengan kelekatannya pada figure ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development. Dallas. University of Texas. 
Belsky, J. (Ed) (1988). Infancy, Childhood and adollescene. Clinical Implication of Attachment. Lawrence Erlbaum Associate 
Ervika, Eka, (2000). Kualitas Kelekatan dan Kemampuan Berempati pada Anak. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada 
Crain, William. (2007). Teori Perkembangan : Konsep dan Aplikasi. Pustaka Pelajar
http://makalahpendidikanku. co.id/2014/05/makalah-tentang-teori-kontekstual.html
https://farzariddy.wordpress.com/2014/10/21/teori-ekologi-manusia-menurut-urie-bronfenbrenner/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar