BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Teori perkembangan adalah teori yang
memfokuskan pada perubahan-perubahan dan perkembangan struktur jasmani
(biologis), perilaku dan fungsi mental manusia dalam berbagai tahap
kehidupannya, mulai dari konsepsi hingga menjelang kematiannya. Mempelajari teori-teori
perkembangan tidak hanya berguna bagi orangtua dan guru dalam memberikan
pelayanan dan pendidikan kepada anak sesuai tahap perkembangannya, melainkan
juga berguna dalam memahami diri kita sendiri dengan cara pendekatan biologis,
lingkungan dan suasana serta interaksi. Teori perkembangan akan memberikan
wawasan dan pemahaman tentang sejarah perjalanan hidup kita sendiri (sebagai
bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa atau lanjut usia). Teori perkembangan juga
sangat berguna bagi pengambilan kebijaksaan dalam merumuskan program dan
bantuan bagi anak-anak dan remaja. Seiring dengan perkembangan masyarakat
temporer yang ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam
berbagai dimensi kehidupan individu, teori perkembangan semakin dirasakan
kegunaannya oleh masyarakat. Masyarakat makin menyadari betapa individu yang
hidup pada era modern sekarang ini berada pada masa-masa sulit.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa yang
dimaksud teori etologi ?
2. Apa yang
dimaksud teori sistem ekologi ?
3. Apa saja
yang mempengaruhi aspek perkembangan teori tersebut ?
C. Tujuan
1. Dapat
menjelaskan maksud dari teori etologi
2. Dapat
menjelaskan maksud dari toeri sistem ekologi
3. Dapat
memaparkan aspek perkembangan apa saja yang mempengaruhi teori tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
BIOGRAFI JOHN
BOWLBY
Edward Jhon Mostyn Bowlby (26 Februari 1907 - 2 September 1990) adalah seorang
psikiater dan psikoanalis, terkenal karena minatnya dalam perkembangan anak.
Bowlby lahir di London dari keluarga kelas menengah. Ia adalah anak ke
empat dari enam anak dan dibesarkan oleh seorang pengasuh dengan gaya Inggris
kelasnya pada saat itu. Ayahnya, Sir Anthony Bowlby, adalah ahli bedah
keluarga kerajaan. Sedangkan kakeknya tewas saat bertugas sebagai wartawan
perang dalam Perang Opium. Biasanya, Bowlby melihat ibunya hanya satu jam
sehari setelah minum teh, meskipun selama musim panas ia lebih sering di rumah.
Seperti banyak ibu-ibu lain dari keluarga kelas menengah, ia menilai bahwa
perhatian dan kasih sayang orang tua akan menyebabkan berbahaya memanjakan
anak-anak.
Bowlby beruntung bahwa pengasuh dalam keluarganya hadir sepanjang masa kecilnya.
Bowlby mempelajari psikologi dan ilmu pra-klinis di Trinity College, Cambridge, dan dia memenangkan hadiah untuk kinerja intelektual yang luar biasa. Setelah tamat dari Cambridge, ia bekerja dengan anak-anak maladjusted, kemudian pada usia 22 tahun di melanjutkan kuliah di University College Hospital di London. Pada usia 26 tahun, ia tamat dalam bidang kedokteran. Saat masih kuliah di fakultas kedokteran, ia mendaftarkan diri ke Institut Psikoanalisis. Setelah kuliah kedokteran, ia dilatih psikiatri untuk menangani gangguan dan penyakit mental pada orang dewasa di Rumah Sakit Maudsley. Pada tahun 1937, ia memenuhi syarat sebagai seorang ahli psikoanalis.
Bowlby beruntung bahwa pengasuh dalam keluarganya hadir sepanjang masa kecilnya.
Bowlby mempelajari psikologi dan ilmu pra-klinis di Trinity College, Cambridge, dan dia memenangkan hadiah untuk kinerja intelektual yang luar biasa. Setelah tamat dari Cambridge, ia bekerja dengan anak-anak maladjusted, kemudian pada usia 22 tahun di melanjutkan kuliah di University College Hospital di London. Pada usia 26 tahun, ia tamat dalam bidang kedokteran. Saat masih kuliah di fakultas kedokteran, ia mendaftarkan diri ke Institut Psikoanalisis. Setelah kuliah kedokteran, ia dilatih psikiatri untuk menangani gangguan dan penyakit mental pada orang dewasa di Rumah Sakit Maudsley. Pada tahun 1937, ia memenuhi syarat sebagai seorang ahli psikoanalis.
BIOGRAFI URIE
BRONFENBRENNER
Urie
Bronfenbrenner dilahirkan pada 29 April, 1917 di Moskow, Rusia. Bapaknya
bernama Dr Alexander Bronfenbrenner dan ibunya adalah Eugenie Kamenetski
Bronfenbrenner., Keluarganya pindah ke Amerika Serikat saat Urie berumur enam
tahun. Setelah menetap di Pittsburgh untuk suatu waktu yang singkat, mereka
pindah ke Letchworth Village, adalah sebuah lembaga di New York, di mana
bapaknya bekerja sebagai seorang ahli patologi klinis dan direktur penelitian.
Setelah lulus dari Sekolah Tinggi Haverstraw, Bronfenbrenner menghubungkan
studi dalam dua spesialisasi yaitu piskologi dam musik di Universitas Cornell
pada tahun 1938. Dia telah melakukan pekerjaan penelitian terkait psikologi
perkembangan serta dapat menghabiskan studi tingkat Sarjana di Universitas
Harvard, diikuti oleh Ph.D . dari Universitas Michigan pada tahun 1942.
Dua
puluh empat jam setelah menerima gelar doktor, Urie Bronfenbrenner telah
dilantik ke dalam Angkatan Bersenjata, di mana ia menjabat sebagai seorang
psikolog dalam berbagai tugas untuk tim Angkatan Udara dan Kantor Layanan
Strategis US Setelah menyelesaikan pelatihan kepegawaian, dia bersama dalam tim
Medis Militer Amerika Serikat (AS). Setelah tamat Perang Dunia II,
Bronfenbrenner bekerja sebagai Asisten Kepala Psikolog Klinis bagi
Administration and Research for the Veterans 'Administration untuk suatu waktu
yang singkat. Kemudian ia mulai bekerja sebagai Asisten Profesor Psikologi di
Universitas Michigan.Pada tahun 1948, ia menerima jabatan professor dalam
Pembangunan Manusia, Studi Keluarga, dan Psikologi di Universitas Cornell. Pada
1960-an sampai awal 1970-an, Bronfenbrenner menjabat sebagai anggota Dewan
Pengawas Cornell. Pada saat kematian, Bronfenbrenner adalah Professor Emeritus di
bidang Pembangunan Manusia dan Psikologi dalam Departemen Ekologi Manusia di
Universitas Cornell. Bronfenbrenner meninggal dunia pada usia 88 tahun di
rumahnya, Ithaca, New York pada 25 September 25 2005 akibat komplikasi
diabetes.
Urie
Bronfenbrenner menikah dengan Liese dan mendapat enam anak yaitu Beth Soll, Ann Stambler, Mary Bronfenbrenner,
Michael Bronfenbrenner, Kate Bronfenbrenner dan Steven Bronfenbrenner.Urie
Bronfenbrenner memainkan peran yang sangat penting membentuk program-program
pembangunan. Ini termasuk menjadi pendiri program bernama Head Start yaitu satu
program pengembangan anak federal. Program Head Start ini sangat sukses dan
merupakan program yang paling lama dilaksanakan dalam membasmi siklus
kemiskinan di Amerika Serikat. Sepanjang keterlibatannya di dalam karirnya, ia
telah diberikan beberapa penghargaan di atas kontribusi dalam bidang ekologi.
Diantaranya penghargaan "Lifetime Contribution to Developmental Psychology
in the Service of Science and Society" oleh The American Psychological
Association yang kemudian menamakan penghargaan tersebut sebagai "The
Bronfenbrenner Award. Dia juga memperoleh penghargaan" The James McKeen
Catell "dari the American Psychological Society.
Kontribusi
Urie Bronfenbrenner yang terpenting adalah melalui hasil-hasil penerbitan
beliau, yaitu: Bronfenbrenner, "Two Worlds of Childhood" yang
diterbitkan pada tahun 1972, "Influencing Human Development" yang
diterbitkan pada tahun 1973, "Two Worlds of Childhood: US and USSR"
yang diterbitkan pada tahun 1975, "Influences on Human Development"
juga diterbitkan pada tahun 1975, "The Ecology of Human Development:
Experiments by Nature and Design" yang diterbitkan pada tahun 1979,
"on Making human beings Human" yang diterbitkan pada tahun 1981 dan
"The Twelve Who Survive: Strengthening Programmes of Early Childhood
Development in the Third World" yang diterbitkan pada tahun 1992.
Teori
kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi
timbal balik antara anak dan konteks perkembangan sistem fisik, sosial,
kutural, dan histories dimana interaksi tersebut terjadi. Menurut teori ini
interaksi setiap anak terhadap berbagai aspek berpengaruh langsung terhadap
perkembangan anak tersebut. Hipotesis ini menarik perhatian para ahli untuk
meneliti lebih dalam seberapa besar pengaruhnya dengan berbagai konsep dan
pandangan masing-masing.
Teori
Etologi
Etologi berasal
dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti kebiasaan dan logos yang berarti
ilmu. Ethos juga dapat diartikan etika atau karakter. Jadi secara
etimologi, Etologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang kebiasaan atau
karakter. Etologi pada awalnya dikenalkan sebagai ilmu perilaku hewan
yang dilakukan oleh Konrad Lorenz namun kemudian Jhon Bowlby menggambarkan
penerapan penting dari teori etologi dalam perkembangan manusia.
Pandangan
Etologis
Teori
Bowlby ( Teori Kelekatan)
Bowlby
(Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam
observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori Etologi (Berndt, 1992) tingkah
laku lekat pada anak manusia diprogram secara evolusioner dan instinktif.
Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada
ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespon perilaku.
Bowlby (Hetherington dan Parke,1999) percaya bahwa perilaku awal sudah diprogam
secara biologis. Reaksi bayi berupa tangisan, senyuman, isapan akan
mendatangkan reaksi ibu dan perlindungan atas kebutuhan bayi. Proses ini akan
meningkatkan hubungan ibu dan anak. Sebaliknya bayi juga dipersiapkan untuk
merespon tanda, suara dan perhatian yang diberikan ibu. Hasil dari respon biologis
yang terprogram ini adalah anak dan ibu akan mengembangkan hubungan kelekatan
yang saling menguntungkan (mutuality attachment).Teori etologi juga menggunakan
istilah “Psychological Bonding” yaitu hubungan atau ikatan psikologis antara
ibu dan anak, yang bertahan lama sepanjang rentang hidup dan berkonotasi dengan
kehidupan sosial (Bowley dalam Hadiyanti,1992).Bowlby menyatakan bahwa kita
dapat memahami tingkah laku manusia dengan mengamati lingkungan yang
diadaptasinya yaitu : lingkungan dasar tempat berkembang.Dalam kehidupannya
seringkali manusia menghadapi ancaman, untuk mendapat perlindungan, anak-anak
memerlukan mekanisme untuk menjaga mereka dan dekat dengan orangtuanya dengan
kata lain mereka harus mengembangkan tingkah laku kelekatan (attachment).
Fase-fase
kelekatan :
1.
Fase 1 (sejak lahir
sampai usia 3 bulan)
respon tak terpilah
kepada manusia Selama bulan pertama di awal hidupnya, bayi menunjukkan beragam
jenis respon kepada orang-orang disekitarnya dengan cara yang sama.26 Bayi
tersenyuman pada semua orang bahkan dengan mata tertutup bayi menunjukkan
respon yang sama terhadap semua orang. Senyuman tersebut dapat mendekatkan
kemelekatan dengan pengasuhnya, setelah tersenyum mereka mulai melanjutkan
dengan berceloteh. Celoteh bayi dan senyuman adalah pemicu sosial yang
berfungsi mempertahankan figur ibu dalam kedekatan dengan bayi dengan
menunjukkan interaksi diantara mereka.
2.
Fase 2 (usia 3 sampai 6 bulan)
fokus pada orang-orang yang dikenal Pada fase
ini bayi mulai membatasi senyumannya pada orang yang dikenalnya saja. Ketika
melihat wajah yang tidak dikenalnya mereka hanya diam saja. Celoteh dan
tangisan hanya bisa didiamkan oleh orang yang dikenalnya saja, bayi tampaknya
hanya mengembangkan kemelakatan yang paling kuat kepada orang yang paling sigap
dengan sinyal mereka dan yang terlibat dengan interaksi yang paling
menyenangkan mereka.
3. Fase 3 (usia
6 sampai 3 tahun)
kelekatan yang intens dan pencarian kedekatan
yang aktif Pada usia 6 bulan, kemelekatan bayi pada orang tertentumenjadi
semakin intens dan eksklusif. Hal tersebut terlihat saat figur ibu meninggalkan
ruangan sang bayi akan menangis keras dan memperlihat kecemasan terhadap
perpisahan. Ketika ibunya kembali dan berada dipelukan ibunya, maka bayi akan
balas memeluk ibunya dengan senyuman bahagia. Pada usia 7 bulan bayi
menunjukkan ketakutan pada orang asing, hal tersebut terlihat dengan tangisan
yang keras ketika melihat orang asing. Saat bayi sudah bisa merayap
sekitar usia 8 bulan sang bayi mulai mengikuti orangtua yang berjalan
meninggalkannya.
4.
Fase 4 (usia 3 tahun
sampai akhir masa kanak-kanak)
Tingkah laku
persahabatan Sebelum menginjak usia 3 tahun anak-anak hanya berkonsentrasi pada
kebutuhannya sendiri untuk mempertahankan kedekatan kelekatan tertentu pada
pengasuh atau orangtua. Mereka belum bisa memahami rencana atau tujuan
pengasuhnya. Menginjak usia 3 tahun mulai bisa memahami rencana dan dapat membayangkan
apa yang dia lakukan saat orangtuanya pergi sehingga mulai bertindak seperti
rekanan di dalam hubungan dengan orangtuanya
Teori
Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan
lingkungnnya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos ("habitat")
danlogos ("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk
hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914). Dalam ekologi, makhluk hidup
dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Teori ekologi dicetuskan oleh Urie
Bronfenbrenner (1917-2005). Dalam teori ini lebih mengedepankan faktor
lingkungan daripada faktor biologis. Teori ini menekankan pentingnya dimensi
mikro dan makro dari lingkungan yang menjadi tempat hidup anak. Teori ekologi
Bronfenbrenner (Bronfenbrenner, 1986, 2004; Bronfenbrenner & Morris, 1998,
2006) menyatakan bahwa perkembangan mencerminkan pengaruh dari sejumlah sistem
lingkungan.
Adapun sistem lingkungan yang
diidentifikasi dalam teori ini yaitu
:
1. Mikrosistem,
yaitu lingkungan tempat individu hidup.
Konteks ini dapat mencakup struktur dan proses yang berlangsung
pada setting tatap muka individu (immediate settings), misalnya
keluarga, kawan-kawan sebaya, sekolah, ruang bermain, lingkungan sekitar, dan
lain sebagainya. Dalam mikrosistem ini terjadi interaksi langsung antara
individu dengan agen-agen sosial, misal interaksi seorang anak dengan orang
tuanya, seorang anak yang bermain dengan kawannya di Sekolah, seorang murid
dengan gurunya, dan lain sebagainya. Dalam setting ini, individu tidak
dipandang sebagai seorang yang pasif namun lebih berperan dalam membangun
lingkungan.
2. Mesositem
yaitu konteks penghubung (mata rantai)
dan proses yang berlangsung dalam dua setting atau lebih dari individu. Dengan
kata lain, mesositem merupakan sistem dari mikrosistem yang terdiri dari relasi
antarmikrosistem atau koneksi diantara beberapa konteks. Contohnya hubungan
rumah dengan sekolah, pengalaman sekolah dengan keagamaan. Sebagai contoh,
anak-anak yang orang tuanya menolak relasi dengan mereka akan mungkin mengalami
kesulitan untuk mengembangkan relasi positif dengan guru mereka.
3. Eksositem
Yaitu konteks yang berkaitan antara
lingkungan sosial, prosesnya terjadi di dua setting atau lebih dan individu
yang berkembang tidak berperan aktif melainkan event-event yang terjadi dapat
mempengaruhi proses yang berlangsung pada immediate setting. Contohnya relasi
antara rumah dengan lingkungan kerja orang tua. Misal, bagi seorang suami atau
anak yang dirumah, sedangkan ibunya bekerja dan memperoleh kenaikan jabatan
yang menuntutnya untuk lebih banyak bepergian, sehingga hal ini memungkinkan
terjadinya peningkatan konflik dengan suaminya dan mengubah pola interaksi
dengan anaknya.
4.
Makrosistem,
Adalah budaya tempat individu hidup.
Konteks ini mencakup pola-pola ideologi dan organisasi institusi sosial dalam
suatu budaya atau sub-budaya, dimana budaya merujuk pada pola-pola perilaku,
keyakinan, dan semua produk dari sekelompok manusia yang diwariskan dari
generasi ke generasi. Dengan adanya perbandingan antara budaya yang satu dengan
yang lainnya memberikan informasi mengenai generalisasi perkembangan. Dalam
makrositem ini mencakup ketiga konteks diatas, yakni mikrosistem, mesosistem,
dan eksosistem.
5. Kronosistem,
Yaitu pola peristiwa-peristiwa
lingkungan dan transisi dari rangkaian kehidupan dan kedaan-keadaan
sosiohistoris. Salah satu contoh transisi adalah perceraian. Para peneliti
menemukan bahwa dampak-dampak negatif dari perceraian terhadap anak-anak sering
sering kali memuncak ditahun pertama setelah perceraian (Hetherington,
1993).Dua tahun setelahnya, interaksi keluarga mulai stabil, teratur, sudah
tidak terlalu kacau. Sebagai contoh keadaan sosiohistoris, kita bisa melihat
kesempatan bagi wanita untuk menjadi wanita karier yang memuncak sejak tahun
1960-an.
Bronfenbrenner (2004; Bronfenbrenner &
Morris, 2006) baru-baru ini menambahkan pengaruh biologis dalam teorinya dan
dikenal dengan nama teori bioekologi. Akan tetapi, adanya pengaruh biologis
tersebut tidak mengubah teori Bronfenbrenner sebelumnya, konteks ekologi dan
lingkungan masih memegang perang utama dalam teori Bronfenbrenner.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN PENUTUP
Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan seorang anak, yaitu faktor dari dalam
diri, dari luar diri anak dan interaksi keduanya. Adapun faktor yang berasal
dari luar adalah faktor kondisi ibu dan kondisi lingkungan. Perilaku ibu
dianggap memegang peranan penting dalam perkembangan anak karena ibu memegang
peranan penting di awal kehidupan seorang anak. Anak mendapatkan kesan pertama
mengenai dunia melalui perilaku dan sikap ibu terhadap anak terutama di awal
usianya. Jika ibu berlaku baik maka kesan anak tentang dunia dan lingkungan
positif dan sikap anak juga akan menjadi positif. Hal ini dapat menyebabkan
anak mampu mengeksplorasi lingkungan secara optimal, akibatnya perkembangan
perilaku, emosi, sosial, kognitif dan kepribadian anak akan optimal pula . Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kehangatan dan afeksi yang diberikan ibu pada anak akan
berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya. Kehangatan dan afeksi yang
diberikan ibu selanjutnya disebut kualitas hubungan ibu dan anak. Kualitas
hubungan ini jauh lebih penting dibandingkan dengan kuantitas atau lamanya
waktu yang dihabiskan ibu bersama anak. Ibu yang menghabiskan waktu lebih
banyak namun dengan perilaku yang buruk tidak akan membantu anak berkembang secara
optimal. Menurut Ainsworth (dalam Belsky, 1988) hubungan kelekatan berkembang
melalui pengalaman bayi dengan pengasuh ditahun-tahun awal kehidupannya.
Intinya adalah kepekaan ibu dalam memberikan respon atas sinyal yang diberikan
bayi, sesegera mungkin atau menunda, respon yang diberikan tepat atau tidak.
Kelekatan adalah suatu hubungan emosional atau hubungan yang bersifat afektif
antara satu individu dengan individu lainnya yang mempunyai arti khusus,
Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun
figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak. Kelekatan bukanlah ikatan yang
terjadi secara alamiah. Ada serangkaian proses yang harus dilalui untuk
membentuk kelekatan tersebut. Anak yang percaya kebutuhannya akan terpenuhi akan
mengembangkan rasa percaya. Berdasarkan kualitas hubungan anak dengan pengasuh,
maka anak akan mengembangkan konstruksi mental atau internal working model
mengenai diri dan orang lain yang akan akan menjadi mekanisme penilaian
terhadap penerimaan. Anak yang merasa yakin terhadap penerimaan lingkungan akan
mengembangkan kelekatan yang aman dengan figur lekatnya dan mengembangkan rasa
percaya tidak saja pada ibu juga pada lingkungan. Hal ini akan membawa pengaruh
positif dalam proses perkembangannya. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa ibu memegang peranan penting dalam proses perkembangan
seorang anak. Hubungan kelekatan yang diharapkan terjalin adalah kelekatan yang
aman. Dengan kelekatan yang aman diharapkan anak akan mampu mencapai perkembangan
yang optimal, sebaliknya bila kelekatan yang terjadi adalah kelekatan yang
tidak aman maka anak akan mengalami masalah dalam proses perkembangannya.
Selanjutnya hal ini dapat menjadi akar dari berbagai masalah kriminal dan
sosial yang marak terjadi akhir-akhir ini. Demikianlah gambaran sekilas
mengenai dinamika yang terjadi pada masa kanak-kanak dihubungkan dengan kelekatannya pada figure
ibu.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock,
John W. (2002). Life-Span Development. Dallas. University of Texas.
Belsky,
J. (Ed) (1988). Infancy, Childhood and adollescene. Clinical Implication of
Attachment. Lawrence Erlbaum Associate
Ervika,
Eka, (2000). Kualitas Kelekatan dan Kemampuan Berempati pada Anak. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada
Crain,
William. (2007). Teori Perkembangan : Konsep dan Aplikasi. Pustaka Pelajar
http://makalahpendidikanku.
co.id/2014/05/makalah-tentang-teori-kontekstual.html
https://farzariddy.wordpress.com/2014/10/21/teori-ekologi-manusia-menurut-urie-bronfenbrenner/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar