FAKULTAS PSIKOLOGI
PRAKTIKUM I
Muller – Lyer
A. Dasar Teori
Proses persepsi tidak lepas dari
system sensori karena proses persepsi didahului oleh system sensori
(pengindraan). Pengertian persepsi dalah proses mengintegrasikan, mengenali,
dan menginterpretasikan informasi yang diterima oleh system sensori, sehingga menyadaro
dan mengetahui apa yang di indra sebagai bentuk respon dari individu (Walgito,
2003 & Pinel, 2009).
Menurut
Walgito (2004: 131) menjelaskan bahwa ilusi yaitu kesalahan individu dalam
memberikan persepsi atau arti terhadap stimulus yang diterimanya. Orang
seringkali mempersepsi suatu kejadian atau keadaan yang terjadi di
sekitarnya. Dalam mempersepsi tersebut
seringkali terjadi kesalahan, karena dalam mengartikan suatu stimulus ini
melibatkan perasaan dan pemikiran. Kesalahan dalam mempersepsi stimulus ini
wajar terjadi pada individu.
Ilusi
Muller-Lyer pertama kali dipopulerkan oleh psikiatris Franz Carl Muller-Lyer
pada akhir abad 1800 (Kasdin, 2000).Garis mana yang lebih panjang? Meskipun
penglihatan kita mengatakan bahwa garis kiri yang lebih panjang, perhitungan
menggunakan mistar menunjukkan bahwa kedua garis tersebut sama
panjang.Keberadaan panah pada setiap ujung garislah yang mempengaruhi kesalahan
persepsi panjang tersebut. Panah masuk seolah-olah memendekkan garis dan panah
keluar memanjangkan garis, Muller-Lyer menciptakan istilah “confluxion” untuk
ilusi ini (sumber: American Psychology Association).
Sedangkan
menurut Rochester Institute of Technology (dalam www.rit.edu), ilusi ini dapat
dijelaskan menggunakan 5 teori, yaitu perspektif kedalaman, pergerakan mata,
keterbatasan ketajaman mata, teori rata-rata, dan intertip disparity theory.
Menurut teori perspektif kedalaman: dalam dunia tiga dimensi, perspektif
kedalaman berhubungan dengan penentuan jarak, semakin dekat objek dengan mata maka
semakin besar objek tersebut di retina. Sehingga, dalam dunia dua dimensi pada
ilusi Muller-Lyer, otak membuat asumsi kedalaman relatif berdasarkan
isyarat-isyarat yang ada (dalam hal ini tanda panah). Kita terbiasa melihat
sisi gedung dari luar yang nampak seperti gambar A bagian kiri dan sisi gedung
dari dalam sebagaimana gambar A bagian kanan. Sisi gedung luar nampak lebih
jauh dari sisi gedung yang dilihat dari dalam. Dalam ilusi Muller-Lyer, retina
akan menangkap bahwa kedua garis memiliki tinggi yang sama, namun otak
(menggunakan perspektif kedalaman) biasanya akan menang dengan mengatakan bahwa
sisi yang memiliki panah keluar berarti lebih panjang.
Teori
pergerakan mata: sebagaimana dalam gambar B, garis sebelah kanan diartikan
lebih pendek karena panjang garis di ujung akan dikembalikan oleh pangkal
(akibat panah). Dengan kata lain, ketika mata kita melihat mengikuti garis,
akan dikembalikan ketika mengikuti panah, pengembalian inilah yang memengaruhi
persepsi kita menjadikan garis lebih pendek. Sebaliknya, ketika bertemu dengan
panah keluar mata akan memersepsikannya lebih panjang.
Teori
keterbatasan ketajaman mata: ketajaman penglihatan merupakan kemampuan kita
untuk mengenali detil visual. Kita memiliki ketajaman yang baik pada pusat yang
tetap, namun pada area luar (pada gambar), penglihatan kita mengabur. Pada
pandangan yang kabur, garis yang bersebelahan akan nampak mendekat. Berdasarkan
hal ini, pada Muller-Lyer, dua garis yang membentuk panah akan nampak mengabur
dan berpindah dari pusat panah yang sebenarnya. Hasilnya adalah garis dengan
panah ke dalam nampak lebih pendekdan garis dengan panah keluar akan nampak
lebih panjang.
Teori
rata-rata: jarak pasangan panah (atas dan bawah) mempengaruhi kemampuan
perhitungan panjang kita. Dikatakan bahwa penilaian Muller-Lyer berdasarkan
jarak antar panah di kedua ujung. Jarak rata-rata antarpanah ke dalam lebih
sedikit ketimbang antarpanah yang keluar. Rasio panjang panah juga akan
mempengaruhi kekuatan dari ilusi. Untuk membuktikan hal ini, dapat kita
bandingkan antara garis yang diakhiri oleh panah dengan arah yang sama dengan
garis yang diakhiri oleh panah dengan arah yang berbeda.
Intertip
disparity theory menyatakan bahwa secara perseptif manusia akan mengukur ilusi
dari ujung panah. Maka dari itu, ilusi maksimal akan tercipta ketika kedua
panah di ujung mencapai jarak 0 (berhimpitan) dan berkurang saat bertambahnya
jarak antarpanah (antarujung). KegunaaanUntuk mengukur keakuratan persepsi
mengenai panjang serta membuktikan adanya ilusi mata.
B. Tahap – Tahap Percobaan
1. Topik : Persepsi
2. Nama
Praktikum : Percobaan
Muller-Lyer
3. Tujuan : Untuk
mengetahui adanya ilusi dalam penglihatan seseorang, untuk mengetahui hubungan
antara fungsi fisiologis dengan persepsi seseorang.
4. Alat
& bahan : Alat Muller-Lyer,
penutup mata, dan alat tulis
5. Jalannya
percobaan :
·
Testee menghadap alat praktikum dengan
jarak sekitar 1 meter.
·
Dengan mata terbuka keduanya, testee
diperintahkan untuk membuat panjang garis dengan tanda panah keluar dengan
panjang garis dengan tanda panah masuk menjadi sama dengan cara merubah salah
satu tanda panah.
·
Lakukan lagi dengan mata kiri tertutup.
·
Lakukan lagi dengan mata kanan tertutup.
6. Hasil
percobaan :
NO
|
Subjek
|
Kedua mata terbuka
|
Mata kanan tertutup
|
Mata kiri tertutup
|
Keterangan
|
1.
|
Sharifa
|
23,5 cm
|
23,6 cm
|
22,7 cm
|
Ragu-ragu dan tegang
|
2.
|
Rangga
|
21,6 cm
|
20 cm
|
19 cm
|
Tenang
|
C. Kesimpulan
Praktikum
Muller Lyer yang dilakukan kedua subyek ini dapat disimpulkan bahwa setiap
subyek memiliki ilusi dan persepsi yang berbeda-beda terhadap stimulus yang
dilihat. Hasilnya sangat berbeda ketika subjek menginterpretasikan stimulus
yang dilihat. Pada subyek pertama pada awalnya ragu-ragu dalam
menginterpretasikan apa yang dilihatnya sempat ragu-ragu beberapa kali namun
pada tahapan selanjutnya subyek menjadi lebih tenang dan releks untuk
menginterpretasikan apa yang dilihatnya tanpa ragu-ragu. Sedangkan pada subyek
ke dua dari awal hingga akhir subyek terlihat tenang dan sangat percaya diri
dalam menginterpretasikan apa yang dilihatnya tanpa ada keragu-raguan sedikitpun.
D. Daftar Pertanyaan
1. Apa
yang saudara ketahui tentang ilusi Muller Lyer ?
Jawab :
Alat ilustrasi
Muller-Lyer biasanya digunakan untuk eksperimen yang berhubungan dengan illusi
atau ketepatan persepsi. Illusi Muller-Lyer merupakan sebuah ilusi optik yang
terjadi saat seseorang salah mempersepsi panjang salah satu ruas garis dari dua
garis dengan anak panah yang beragam arah, dimana salah satu garis dibatasi
oleh anak panah yang mengarah ke dalam dan garis yang lain dibatasi oleh anak
panah yang mengarah keluar, satu diantara dua garis tersebut dapat bergerak ke
dalam dan keluar.
2. Apa
yang saudara ketahui tentang persepsi, ilusi, dan hubungan antara persepsi
dan ilusi?
Jawab :
Persepsi adalah proses
dari diterimanya stimulus oleh alat indra yang kemudian disalurkan ke
syaraf-syaraf sensori lalu dikirimkan ke otak untuk diproses dan akhirnya
stimulus bisa diinterpretasikan.
F Illusi
merupakan kesalahan individu dalam memberikan interpretasi atau penilaian terhadap
stimulus yang diterimanya. Contohnya pepohonan atau tetumbuhan di tepi jalan
seperti bergerak menjauh.
F Hubungan
antara persepsi dan ilusi
Proses
dari diterimanya stimulus oleh alat indera yang kemudian disalurkan ke
syaraf-syaraf sensori lalu dikirimkan ke otak untuk diproses dan akhirnya
stimulus bisa diinterpretasikan, sedangkan ilusi adalah kesalahan individu
dalam memberi persepsi terhadap stimulus yang diterima. Seseorang seringkali
mempersepsi suatu keadaan dan kejadian yang terjadi di sekitarnya, dalam
mempersepsi terkadang mengalami kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu, karena
dalam mengartikan suatu stimulus ini melibatkan perasaan dan pemikiran.
3. Bagaimana
proses fisiologis yang terjadi dalam persepsi seseorang?
Jawab :
Proses stimulus mengenai
alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima
oleh alat indera di teruskan oleh syaraf sensori ke otak. Kemudian terjadilah
proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang
dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba.
4. Mengapa
seseorang mengalami ilusi ?
Jawab :
Secara Fisiologis
Ilusi fisiologis,
seperti yang terjadi pada afterimages atau kesan gambar yang terjadi setelah
melihat cahaya yang sangat terang atau melihat pola gambar tertentu dalam waktu
lama. Ini diduga merupakan efek yang terjadi pada mata atau otak setelah
mendapat rangsangan tertentu secara berlebihan
Secara psikologi
Individu mengalami
ilusi biasanya disebabkan oleh adanya ketakutan, kecemasan, dan keinginan atau pengharapan
terhadap sesuatu maka terjadi adanya ilusi secara psikologis bahkan diperlukan
bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangsangan
menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan.
5. Dalam
percobaan Muller Lyer, apa saja yang dapat mempengaruhi hasil percobaan?
Jawab :
Kognitif ( akal atau
pikiran), Perasaan, Tingkat kosentrasi, Kefokusan, Kondisi mata.
6. Menurut
saudara, apakah hasil percobaan Muller Lyer dapat membuktikan adanya ilusi?
Jelaskan !
Jawab :
Ya, karena disaat
testee membuat panjang garis dengan tanda panah keluar dengan panjang garis
dengan tanda panah masuk menjadi sama,
testee mengalami kesalahan dalam memperkirakan dan menyamakan antara panjang
garis tetap dan garis yang dapat digerakkan. Dikarenakan kesalahan dalam
mempersepsi stimulus yang datang berupa arah anak panah pada garis ujung yang
berlawanan sehingga terlihat lebih panjang.
7. Apa
yang saudara ketahui tentang persepsi jarak?
Jawab :
Persepsi jarak merupakan kemampuan
individu untuk melihat dunia dalam tiga dimensi dan untuk mempersepsi jarak.
Karena saat kita melihat jarak dengan kedua mata kita, maka akan terjadi
perbedaan gambar yang ditangkap oleh retina kemudian otak mengintegrasikan dua
gambaran ke dalam satu gambar gabungan.
PRAKTIKUM II
TREMOR
A.
Dasar Teori
Tremor adalah suatu gerakan gemetar yang
berirama dan tidak terkendali, yang terjadi karena otot berkontraksi dan
berelaksasi secara berulang-ulang. Tremor merupakan gangguan gerakan yang
paling sering ditemui. Pada pemeriksaan, yang perlu diperhatikan adalah gerakan
dari tremor itu dan ada tidaknya gejala neurologis lain. Penting juga
mendapatkan informasi keterlibataan obat ataupun alkohol yang dapat
mempengaruhi gerakan. Dalam menangani tremor, cukup banyak yang dapat dilakukan
dokter tetapi semua itu tergantung dari penyebab tremor itu sendiri.
Emosi adalah keadaan yang timbul oleh situasi
tertentu (khusus), dan emosi cenderung terjadi dalam kaitanya denan perilaku
yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan
perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga
orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Dengan
demikian emosi diawali dengan adanya suatu rangsangan, baik dari luar ( benda,
manusia, situasi, cuaca), maupun dari dalam diri kita (tekanan darah, kadar
gula, lapar, ngantuk, dan lain-lain), pada indra-indra kita. Selanjutnya, kita
menafsirkan persepsi kita atas rangsangan itu sebagai suatu hal yang positif
(menyenangkan, menarik) atau negatif (menakutkan, menegangkan) yang selanjutnya
kita terjemahkan dalam respon-respon fisiologis dan motoric dan saat itulah
terjadi emosi.
B.
Tahap-Tahap Percobaan
1.
Topik :
GERAKAN
2.
Nama Praktikum : Percobaan Mendeteksi
Tremor
3.
Tujuan :
Untuk mengetahui adanya gerakan tremor pada seseorang, untuk mengetahui apakah
gerakan dipengaruhi oleh emosi.
4.
Alat &
bahan :
Alat Pendeteksi Tremor, Stopwatch dan Alat tulis.
5.
Jalannya percobaan :
·
Testee dalam keadaan santai diperintahkan untuk mengikuti
gelombang pada alat dengan menggunakan tongkat pada alat tes tersebut.
·
Hitung waktu yang dicapai dan kesalahan yang dibuat.
·
Testee diperintahkan untuk melakukan hal yang sama dengan emosi
yang sudah terbangkitkan (bisa dengan memberikan batas waktu dan dalam
pelaksanaan tugas diberi stimulus sehingga cemas atau panik).
·
Hitung waktu yang dicapai dan keselahan yang dibuat.
6.
Hasil
percobaan :
No
|
Subyek
|
Perlakuan I
|
Perlakuan II
|
Keterangan
|
||
Waktu
|
Kesalahan
|
Waktu
|
Kesalahan
|
|||
1
|
Fitri
|
30 detik
|
10
|
23,3 detik
|
13
|
Tenang
Tegang
|
2
|
Eni
|
37,3 detik
|
39
|
38,2 detik
|
28
|
Sedikit tegang, terburu-buru
Tremor
|
C.
Kesimpulan
Kedua subyek sebelum praktikum terlihat tenang
dan santai. Ketika praktikum dimulai subyek pertama ketika mendapat perlakuan
I pada awalnya tenang dan releks dalam
melakukan eksperimen namun ketika pada eksperimen dengan perlakukan II subyek
terlihat tegang dan mulai gugup karena dikecoh oleh para observer. Sedangkan
pada subyek ke dua pada perlakuaan I terlihat sedikit tegang, sangat
tergesa-gesa dan tangan sedikit tremor ketika
subyek melakukan eksperimen dengan perlakuakn II subyek menjadi gugup dan
menjadi lebih tegang daripada perlakuan I dan tergesa-gesa karena dikecoh oleh
para observer dan tangan menjadi semakin tremor mungkin hal ini dikarenakan
tekanan yang diterima subyek pada perlakuan II.
D.
Daftar Pertanyaan
1.
Apa yang saudara ketahui tentang Tremor?
Jawab :
Tremor adalah gerakan yang tidak terkontrol dan tidak terkendali
pada satu atau lebih bagian tubuh. Tremor biasanya terjadi karena bagian otak
yang mengontrol otot mengalami masalah.Tremor menyebabkan gemetar pada tubuh,
bagian yang paling sering terkena adalah tangan.
2.
Apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya tremor?
Jawab :
Emosi, penyalahgunaan alkohol, keracunan merkuri, kesadaran, gangguan
kecemasan, kelelahan fisik, ketakutan, komsumsi kafein berlebih.
3.
Bagaimana proses fisiologis yang terjadi pada tremor?
Jawab :
Termor terjadi pada kelompok otot saat kontraksi dalam keadaan
sadar dan dalam fase tidur pada tingkat tertentu. Gerakan yang terjadi di
dalam berbagai kelompok otot dalam hitungan menit karena berusaha
mempertahankan keseimbangan. Jika fungsi ganglia basalis atau serebelum terganggu,
maka pengendalian utama gerakan tidak lagi dapat memberikan kontribusi
menyeluruh terhadap kerja keseimbangan yang rumit, dan gerakan yang terjadi itu
dapat mengayun menjadi lebih jelas dan terlihat.
4.
Bagaimana hubungan antara emosi dengan tremor?
Jawab :
Perasaan emosi yang berlebih dapat menimbulkan tremor karena
seseorang yang sedang ketakutan atau gugup juga bisa mengakibatkan gemetar.
Tremor akan hilang dengan sendirinya jika emosi sudah tenang.
5.
Coba jelaskan akibat kedua perlakuan yang berbeda pada tingkat
tremor seseorang (dengan suara – tanpa suara / dibatasi waktu – tidak dibatasi
waktu)
Jawab :
Sebelumnya testee dalam keadaan santai, lalu testee mulai
melakukan tes dengan perlahan-lahan dan penuh keteletian menggerakan tongkat
pada alat tes tersebut. Tetapi beberapa waktu kemudian testee mengalami gugup,
tegang dan gerogi dalam melakukan tes. Dengan menunjukan tangan gemetar
(tremor) testee melakukan banyak kesalahan. Tremor diperparah pada saat
pelakuan dibatasi waktu karena testee mengalami stress dan rasa lelah yang
mengakibatkan testee mengalami banyak kesalahan daripada pelakuan
pertama.Testee termasuk mengalamitremor esensial biasanya bersifat ringan dan
tidak memiliki penyebab yang pasti. Tremoresensial biasanya disebabkan
oleh stress emosional, kecemasan, kelelahan, kafein atau obat-obatan.
PRAKTIKUM III
INDERA PENGLIHATAN
(ORGAN VISUS)
A. Dasar Teori
Stimulus pada system visual adalah cahaya.Untuk melihat, maka
diperlukan adanya cahaya, mata, dan otak. Proses penglihatan dimulai dari
adanya cahaya yang menengenai benda masuk ke mata lalu diterima bagian belakang
mata yang disebut retina. Retina memiliki lebih dari 131 juta sensor. Sensor
ini akan mengirimkan pesan dari gambar benda tersebut ke otak melalui sel saraf
penglihatan. Otak akan menerjemahkan pesan tersebut dan akan memberi tahu
gambar yang dilihat oleh mata.
Persepsi adalah proses untuk memilih, memilah, dan mengartikan
informasi yang diperoleh melalui indra (Susatyo, 2014). Menurut Anderson (1995)
dalam Aulia (2010), persepsi kedalaman adalah persepsi yang muncul berdasarkan
informasi mengenai kedalaman atas suatu objek.
Dalam Aulia (2010) disebutkan bahwa manusia memiliki kemampuan
dan ketelitian yang luar biasa dalam membuat beberapa penilaian. Salah satu
aspek yang menarik dari persepsi visual adalah kemampuan untuk memersepsi
kedalaman. Retina menerima informasi hanya dalam dua dimensi, panjang dan
lebar. Namun, otak mentranslasi isyarat-isyarat tersebut menjadi tiga dimensi
dengan menggunakan monocular depth cues (menggunakan satu mata) dan binocular
depth cues (menggunakan dua mata).
Monocular cues hanya mendapatkan gambaran 2D karena menggunakan
satu mata, maka yang didapat adalah:occlusion, isyarat relatif,
bayangan, ukuran relatif, familiar size, perspektif atmosferik,
perspektif linier dan kualitas permukaan, serta movement produced cues (dalam
website University of California-Irvine).
Binocular cues tergantung dari gambaran di kedua mata, jarak
antar mata kita sekitar 6 cm sehingga kita mendapatkan sudut pandang yang
berbeda namun juga saling mendukung. Perbedaan tersebut dinamakan binocular
disparity, yang diubah menjadi informasi kedalaman. Informasi yang terkandung
di dalamnya dinamakan stereopsis.
B.
Tahap – Tahap percobaan
1.
Topik :
Indera Penglihatan
2.
Nama Praktikum :
Percobaan Howard Dollman
3.
Tujuan :Untuk
mengetahui adanya persepsi seseorang terutama mengenai persepsi kedalaman.
4.
Jalannya percobaan :
·
Testee dalam keadaan santai diperintahkan untuk berdiri di
samping dengan menghadap pada alat.
·
Dengan mata terbuka keduanya, testee diperintahkan untuk
menyamakan jarak sebuah tongkat dengan menggunakan tali.
·
Lalu lakukan dengan mata kanan tertutup dilanjutkan mata
kiri mata kiri tertutup tertutup.
5. Hasil
percobaan :
No.
|
Subjek
|
Kedua mata terbuka
|
Mata kanan tertutup
|
Mata kiri tertutup
|
Keterangan
|
1
|
Nory
|
29,5 cm
|
30,8 cm
|
38,9 cm
|
Tenang
|
2
|
Shinta
|
28,8
|
18,1
|
26,6
|
Menariknya terlalub berhati-hati
|
C. Kesimpulan
Pada saat testee dengan mata terbuka, dengan
mata kanan tertutup , dan mata kiri tertutup menghasilkan interpretasi yang
berbeda-beda. Padahal saat testee melakukan percobaan testee merasa batang satu
dengan batang satunya sejajar.Akan tetapi hasilnya batang-batang tersebut tidak
sejajar, bahkan jarak dari ketiga percobaan sangat berbeda ini dipengaruhi oleh
adanya persepsi yang mempersepsi benar dan tidaknya (Ilusi).Oleh karena itu
setiap mata kanan dan mata kiri menginterpretasikan secara berbeda terhadap
stimulus yang datang.
PRAKTIKUM IV
INDERA PENDENGARAN
(ORGANAN AUDITUS)
A. Dasar Teori
Proses yang terjadi dalam sistem pendengaran secara umum, yaitu
adanya benda-benda yang bergetar akan menggetarkan udara dan menimbulkan
gelombang. Gelombang udaralah yang akan masuk ke telinga kita lalu menggetarkan
gendang telinga dan bagian lain di dalam telinga. Pesan yang
dihasilkan oleh getaran organ dalam telinga akan dikirimkan ke otak dan akan
diterjemahkan menjadi suara. Dua prinsip dalam organisasi korteks auditori
primer adalah sebgai berikut :
1.
Korteks auditori primer terorganisasi dalam kolom-kolom
fungsional. Setiap daerah dalam korteks auditori primer ataupun sekunder
diorganisasikan berdasarkan frekuensinya.
2.
Sebagai besar sistem auditori , seperti kokhlea, korteks
auditori diorganisasikan secara tonotopik.
Bunyi dapat didengar
manusia melalui transmisi getaran bunyi. Transmisi getaran bunyi ada dua macam,
yaitu:
1.
Transmisi Hawa (Aerotymponal), yaitu jalannya getaran
melalui penghantar hawa. Jalannya impuls sebagai berikut:sumber suara menggetarkan udara → daun telinga → meatus acusticus externus → menggetarkan membrana thympani → osicula auditiva → menggetarkan perilymphe → membrane basalis bergetar → organon corti (reseptorpendengaran)
bergetar → membrana
tectoria → menstimulasi
ujung rambut neuroepithel → nervus cochlearis → otak (lobus temporalis) → sadar akan bunyi.
2.
Transmisi Tulang
(Craniotymponal), yaitu jalan getaran melalui penghantar tulang. Jalannya impuls
sebagai berikut:getaran sumber
suara → menggetarkan
tulang kepala → menggetarkan
perilymphe pada skala vestibule → skala tymphani → dan selanjutnyaseperti penghantaran melalui udara atau hawa.
Smeltzer (2002),
menyatakan bahwa uji Weber memanfaatkan konduksi tulang untuk menguji adanya
lateralisasi suara.teori Smeltzer (dalam Arifin Muttaqin : 2010), bahwa
individu dengan pendengaran normal akan mendengar suara seimbang pada kedua
telinga atau menjelaskan bahwa suara terpusat di tengah kepala, maka kondisi
pendengaran seseeorang dikatakan tidak
normal.
Smeltzer juga menyebutkan apabila terjadi kehilangan
sensorineural, suara akan mengalami lateralisasi ke telinga yang pendengarannya
lebih baik dan apabila ada kehilangan pendengaran konduktif, suara akan lebih
jelas terdengar pada sisi yang sakit. Maka diindikasikan testee mengalami tuli
konduktif atau tuli saraf.Uji Weber berguna untuk kasus kehilangan pendengaran
unilateral (Arif Muttaqin, 2010 : 120).
B. Tahap- Tahap percobaan
1.
Topik :
Indera penglihatahn
2.
Nama praktikum :
Percobaan Weber
3.
Tujuan :Untuk
mengetahui adanya presepsi seseorang terutama mengenai presepsi kedalaman
4.
Alat & bahan :
Garpu Tala A & B
5.
Jalannya percobaan :
·
Testee diminta untuk duduk di kursi yang telah di sediakan.
·
Garpu Tala A & B disiapkan untuk dipukulkan keduanya
menggunakan bantuan orang lain.
·
Kedua telinga terbuka, testee diperintahkan untuk mendengarkan
Garpu Tala A & B dipukulkan di samping telinga, kemudian Garpu Tala A
ditempelkan di atas kepala tengah.
·
Lakukan lagi dengan telinga kiri tertutup.
·
Lakukan lagi dengan telinga kanan tertutup
6.
Hasil
percobaan :
Testee
|
Kondisi telinga
|
||
Kedua telinga terbuka
|
Telinga kanan tertutup
|
Telinga kiri tertutup
|
|
Rangga
|
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
Meyla
|
Kanan
|
Kiri
|
Kanan
|
C. Kesimpulan :
Pada praktikum percobaan ini kedua testee diminta untuk
mendengarkan garpu tala yang di pukulkan oleh temannya yang lain. Kedua testee
diberi pelakuan tiga kali yang pertama dengan telinga terbuka testee mengalami
telinga berdengung tetapi lebih cenderung berdengungnya pada sebelah kanan.
Lalu yang kedua kondisi telinga kanan terbuka, telinga kedua testee mengalami
berdengung pada telinga sebelah kiri sedangkan sebelah kanan biasa saja. Yang
ketiga dengan kondisi telinga kiri terbuka, testee mengalami bedengung pada
telinga sebelah kanan sedangkan sebelah kiri biasa saja. Pada pelakuan tersebut
maka subyek dapat diartikan normal karena kedua telinga sama-sama mendengar
berarti tak ada laterisasi. Pada testee pertama ketika diberikan perlakuan
sikapnya sangat serius namun lambat laun mulai rileks, sedangkan pada testee
kedua ketika diberi perlakuan merasa takut dan cemas.
PRAKTIKUM V
INDERA PERABA
(ORGANANN TACTUS)
A. Dasar teori
Sensasi somatosensori
merupakan sensasi-sensasi yang terjadi dari badan. Sensasi somatosensori yang
diketahui pada umumnya hanya sensasi perabaan saja dengan media kulit. Padahal
sebenarnya sistem somatosensori terdiri dari tiga sistem yang terpisah yang
saling berinteraksi dengan media yang berbeda. Tiga sistem tersebut
(Pinel,2009) adalah sebagai berikut:
1.
Sistem eksteroreseptif dengan indra kulit sebagai medianya dalam
menerima stimuli dari lingkungan eksternal.
2.
Sistem proprioseptif, memonitor informasi tentang posisi tubuh
yang datang dari reseptor-reseptor di otot, sendi, dan organ keseimbangan.
3.
Sistem interoseptif, stimulusnya berupa informasi umum tentang
kondisi dalam tubuh seperti temperatur dan tekanan darah.
Sistem eksteroreseptif sendiri memiliki tiga bagian dalam
mempersepsi stimuli, yaitu:
1.
Bagian yang mempersepsi stimuli mekanik (perabaan)
2.
Bagian yang mempersepsi stimuli thermal (temperatur)
3.
Bagian yang mempersepsi stimuli nosiseptif (rasa sakit)
Kulit sendiri terdiri
dari beberapa bagian yaitu :
·
Eperdermis yaitu terletak dibagian terluar.
·
Dermis ada kelenjar dan saluran keringat, bulbus rambut, folikol
rambut dan akar rambut yang terletak di kelenjar sebaseus.
Subcutaneous ada pembuluh darah, saraf cutaneous dan jarringan otot.
Kulit berfungsi sebagai:
·
Mekanoreseptor, berkaitan dengan indra peraba, tekanan,
getaran dan kinestesi.
·
Thermoreseptor berkaitan dengan pengindraan yang mendeteksi
panas dan dingin.
·
Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme protektif bagi
kulit.
·
Khemoreseptor, mendeteksi rasa asam, basa, dan garam.
Resptor pada kulit adalah sebagai berikut:
1.
Epidermis untuk mendeteksi sentuhan
Epidermis terbagi menjadi dua:
·
Merkel’s disc, yaitu sentuhan oleh orang yang tidak
dikenal.
·
Meisners corpuscle, yaitu sentuhan orang yang dikenal.
2.
Dermis, terdapat 3 reseptor:
·
Reseptor ruffini’s yaitu reseptor panas
·
Reseptor end Krause, yaitu resptor untuk mendeteksi dingin.
·
Reseptor paccini’s corpuscle, untuk mendeteksi tekanan, bias berupa pijat.
3.
Free Never Ending.
Untuk mendeteksi rasa
sakit. Jangkauannya lebih luas dibandingkan dengan reseptor lainnya. Karna
tersebar diseluruh permukaan kulit.
Resptor kulit dan
hantaran impuls terdapat di saraf perifer. Stratum
germinativum mengadakan pertumbuhan ke daerah dermis membentuk
kelenjar keringat dan akar rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh
darah yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga berhubungan dengan
serabut saraf. Pada setiap pangkal akar rambut melekat otot penggerak rambut.
Pada waktu dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut menjadi
tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan lemak yang berfungsi sebagai
bantalan untuk melindungi bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
Sehubungan dengan
fungsinya sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor reseptor
khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor
untuk tekanan, ujungnya berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor
untuk rangsang sentuhan dan panas, ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
B. Tahap-Tahap percobaan
1.
Topik :
Indera peraba
2.
Nama praktikum :
Pemeriksaan indera peraba
3.
Tujuan :Untuk mengetahui kepekaan seseorang
untuk mendapatkan rangsang raba
4.
Alat :Kain
penutup mata , bulu ayam ( bulu kemoceng) , spons pencuci piring,
sikat besar.
Media :Telapak tangan, punggung telapak
tangan , lengan dalam , punggung lengan , siku dalam , siku luar
5.
Jalannya percobaan
:
·
Testee diminta untuk duduk di depan dalam keadaan kedua mata
ditutup.
·
Testee diminta unutuk merasakan dengan indera peraba yang disentuh
dan menjawab hasil dari sentuhan dari alat bulu ayam (kemoceng), spons dan
sikat besar.
6.
Hasil
percobaan :
Testee
|
Media
|
Telapak tangan
|
Punggung telapak tangan
|
Lengan dalam
|
Punggung lengan
|
Siku dalam
|
Siku luar
|
Nory
|
Bulu
Ayam
(kemo
ceng)
|
Geli,
Lembut
|
Geli
makin terasa, lembut
|
Tidak
terlalu geli
|
Lebih
geli dari punggung telapak tangan
|
Geli
|
Geli
|
Meyla
|
Bulu
Ayam (kemo
ceng)
|
Lembut,
geli
|
Geli
lebih kuat, lembut
|
Geli,
tekstur lembut
|
Geli
banget
|
Geli,
lembut
|
Geli
aja
|
Nory
|
Spons
|
Empuk,
agak kasar
|
Empuk,
agak geli, tekstur lembut
|
Empuk,
kasar, lumayan geli
|
Empuk,
lembut
|
Empuk,
agak bikin gatel
|
Empuk
|
Meyla
|
Spons
|
Kasar,
menebak kalau itu spons, empuk
|
Kasar
tapi empuk
|
Sama
kayak tadi
|
Empuk
|
Rada
keras, rada kasar, tapi empuk
|
Tekstur
agak kasar tapi empuk
|
Nory
|
Sikat
besar
|
Kasar,
panjang-panjang
|
Kasar
agak sakit
|
Lebih
kasar, sakitnya semakin terasa
|
Masih
kasar, rasa sakit berkurang
|
Kasar
|
Tidak
terlalu sakit dan tidak ditekan, agak kasar
|
Meyla
|
Sikat
besar
|
Kasar
|
Kasar
banget, sakit
|
Kasar
banget, sakit
|
Sakit
banget, kasar banget
|
Tidak
terlalu sakit, tidak terlalu kasar
|
Kasar
saja
|
C. Kesimpulan
Pada praktikum ini kedua testee diberikan sebanyak 6 pelakuan
dengan media bulu ayam (kemoceng), spons dan sikat dalam mata keadaan tertutup.
Pada media bulu ayam (kemoceng) testee pertama pada awalnya ragu-ragu untuk
mengungkapkan apa yang dia rasakan namun semakin lama semakin rileks. Sedangkan
testee ke dua pada awalnya ragu-ragu dan juga sering terkejut ketika diberikan
media. Pada perlakuan dengan media spons testee pertama kembali ragu-ragu dalam
mengutarakan apa yang dirasakannya sedangkan testee ke dua lebih rileks
daripada ketika diberikan media pertama namun ditengah-tengah perlakuan testee
menjadi ragu-ragu dalam mengungkapkan apa yang dia rasakan. Pada perlakuan
dengan media sikat testee pertama menunjukkan ekspresi kaget gan ragu-ragu
dalam mengungkapkan apa yang dirasakannya, sedangkan pada testee kedua ketika
diberikan media sikat pada awalnya merasa kaget dan sedikit risih, dan ketika
ditengah-tengah perlakuan testee merasa ragu-ragu untuk mengungkapkan apa yang
dirasakannya.
PRAKTIKUM VI
INDERA PEMBAU (ORGANAN OLFACTUS)
A. Dasar Teori
Pada sistem olfaction (penciuman) disebut sebagai sensasi kimiawi karena
berfungsi untuk memonitor substansi-substansi kimiawi dari lingkungan di luar
tubuh. Sistem olfactory merespon substansi kimiawi yang ada di luar lingkungan
dengan cara menghirup napas melalui reseptor-reseptor nasal. Reseptor penerima
bau terdiri dari jutaan reseptor yang terletak di hidung bagian atas dalam
jaringan tertutup selaput lendir yang tidak dilalui udara yang disebut
olfactory mucosa. Daerah yang sensitif terhadap bau terletak pada bagian atap
rongga hidung. Pada daerah sensitif ini terdapat 2 jenis sel sebagai berikut
(Hau, 2003: 109) :
· Sel penyokong berupa
epitel-epitel.
· Sel-sel pembau sebagai
reseptor yang berupa sel-sel saraf.
Selaput lendir berfungsi untuk melembapkan
udara. Sistem olfactory terdiri dari dendrit-dendrit yang terletak di
saluran-saluran pernafasan dan akson-aksonnya melalui suatu bagian di tulang
tengkorak (cribriform plate) yang kemudian masuk ke olfactory bulbs lalu
bersinapsis dengan neuron-neuron lainnya yang akan diproyeksikan melewati
traktus olfactory menuju otak.
Setiap saluran olfactory akan berproyeksi ke
beberapa struktur lobus temporal medial termasuk amigdala dan korteks piriform
(dekat dengan amigdala). Sistem olfactory adalah satu-satunya sistem
sensori yang jalur utama ke otak tidak harus melalui talamus. Dalam sistem
olfactory terdapat dua jalur menuju otak, yaitu:
· Dari daerah
piriform-amigdala berproyeksi menyebar ke sistem limbik.
· Dari daerah
piriform-amigdala berproyeksi melalui nuklei dorsal medial thalamus ke korteks
orbitofrontal (daerah korteks di permukaan inferior lobus frontal di sebelah
orbits atau lekuk mata).
B. Tahap-Tahap Percobaan
1.
Topik :
Indera Pembau
2.
Nama Praktikum :
Percobaan Indera Pembau
3.
Tujuan :Untuk
mengetahui kepekaan dan Kerjasama indera pembau seseorang dengan membedakan
stimulus bau yang berbeda-beda.
4.
Alat dan Bahan :Kain
penutup mata - Terasi, Bawang merah, dan Parfum.
5.
Jalannya percobaan :
·
Testee diminta duduk di depan dengan keadaan mata ditutup.
·
Testee diminta untuk mencium bau dan menebak bau yang sudah di
berikan.
·
Asisten praktikum memberikan media menggunakan terasi.
·
Asisten praktikum memberikan media menggunakan bawang merah.
·
Asisten praktikum memberikan media parfum.
6.
Hasil Percobaan :
Testee
|
Media
|
||
Terasi
|
Bawang
Merah
|
Parfum
|
|
Marlina
|
Bau banget
|
Bau menyengat
|
Kayak parfum, kuat baunya
|
Shinta
|
Baunya menyengat, ada bau ikannya,
ini terasi
|
Baunya lebih kuat dari tadi, ini
bawang merah
|
Harum, aroma lebih kuat, ada aroma
jeruk
|
C. Kesimpulan
Pada praktikum ini testee diberikan tiga media untuk dihirup bau
masing-masing. Setiap testee mempersepsi media tersebut berbeda-beda. Pada
testee pertama ketika diberikan media hanya bisa merasakan baunya tanpa bisa
menebak apa medianya, namun pada testee ke dua selain merasakan baunya dia juga
mampu untuk menebak media apa yang sedang diberikan pada saat itu.
PRAKTIKUM VII
INDERA PENGECAP (ORGANUS GUSTUS)
A. Dasar Teori
Sistem pengecap berhubungan dengan makanan. Molekul-molekul yang
ada dalam makanan yang dimakan akan bercampur dengan air liur di mulut sehingga
makanan menjadi lebih lunak dan akan mudah dirasakan oleh reseptor pengecap.
Reseptor sistem gustatory atau perasa berada di atas lidah dan bagian-bagian rongga
mulut yang pada umumnya berkumpul dalam bentuk klaster. Reseptor perasa disebut
taste buds yang umumnya terletak di sekitar kuncup pengecap yang disebut
papillae. Resptor dalam sistem gustatory tidak memiliki akson-akson sendiri,
setiap neuron akan membawa impuls dari sebuah taste buds yang menerima input
dari banyak reseptor.
Sistem Gustatory adala indra pengecap yang terdapat pada lidah dan
memiliki 5 reseptor pengecap utama, yaitu :
1.
Manis (Sweet), pada puncak atau depan lidah, sensor pengecap paling
tidak peka.
2.
Asin (Salty), pada tepi lidah belakang.
3.
Asam (Sour), pada tepi lidah depan.
4.
Pahit (Bitter), pada pangkal atau ujung lidah. Sensor ini paling
peka dibandingkan yang lainnya sebagai sistem peringatan tubuh.
5.
Umami, untuk merasakan rasa gurih, seperti makanan yang mengandung
MSG.
Mekanisme sistem gustatory dimulai dari stimulus
masuk ke mulut – bercampur air liur – diterima oleh gustatory – dilanjutkan
neuron-neoron ke bagian saraf kranial wajah – saraf glassofaringeal – saraf
vagus – serabut akan berkumpul di solitary nucleus dari mandulla – bersinapsis
dengan neuron lainnya dan berproyeksi ke nukleus posterior ventral thalamus –
berproyeksi ke korteks gustatory primer di daerah wajah homunculus
somatosensori di bibir superior fissura lateral – korteks gustatory sekunder
berada di dalam fissura lateral. Proyeksi pada sistem gustatori adalah
ipsilateral (searah). Daerah otak yang mengorganisasikan rasa berada di
kelompok-kelompok tertentu sesuai pengkodeannya.Kemampuan mengecap seseorang
bergantung pada hal-hal berikut:
· Faktor individual,
contohnya seseorang yang sedang sakit, maka kepekaan mengecapnya jadi
berkurang.
· Nilai ambang, nilai
ambang bergantung pada kebiasaan seseorang.
· Konsentrasi.
B. Tahap-Tahap Percobaan
1.
Topik :
Indera Pengecap
2.
Nama Praktikum :
Percobaan Indera Pengecap
3.
Tujuan :
Untuk mengetahui kepekaan dan kerjasama indera pengecap seseorang dengan
membedakan stimulus rasa yang berbeda-beda.
4.
Alat dan Bahan :Kain
penutup mata - Bubuk cabe (bon cabe), Kecap manis, Gula jawa
5.
Jalannya percobaan :
· Testee diperintahkan
duduk di depan dalam keadaan mata ditutup.
· Testee diperintahkan
untuk merasakan/mengecap dan menebak media/bahan apa yang diberikan.
· Asisten praktikum
memberikan media menggunakan bubuk cabe (bon cabe)
· Asisten praktikum
memberikan media menggunakan kecap manis.
· Asisten praktikum memberikan
media menggunakan gula jawa.
6.
Hasil
Percobaan :
Testee
|
Media
|
||
Bubuk cabe
(bon cabe)
|
Kecap manis
|
Gula jawa
|
|
Amin
|
Pedas
|
Manis,
lembut, kecap kayaknya
|
Enak,
manis
|
Rangga
|
Pedas
agak asin
|
Manis,
lembut, cair
|
Keras,
manis
|
C. Kesimpulan
Pada praktikum ini testee di berikan 3 bahan untuk di
rasakannya, yang pertama adalah bubuk cabai, kedua testee merasakan kecap manis,
dan yang terakhir adalah merasakan gula jawa. Pada testee pertama lebih
ekspresif ketika merasakan berbagai macam bahan makanan namun testee kedua
lebih menikmati dan releks setiap diberikan bahan untuk dirasakannya
DAFTAR
PUSTAKA
Sulistya.
2011.Weber Rinne dan Schwabach Test.
http://nerssulistya.blogspot.co.id/2011/04/weber-rinne-dan-schwabach-test.html.
Diakses tanggal 17 November 2017
Walgito
Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum.Yogyakarta : CV. Andi Offset.
Sarwono
Sarlito W. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Miftachur
Rohmah. 2014. Apparatus Psikologi.
http://www.academia.edu/9463621/apparatus
psikologi. Diakses tanggal 17 November 2017.
Hapsari
Iriani Indri, Puspitawati Ira, Suryaratri Ratna Dyah. 2012. Psikologi Faal.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Ariebowo,
M. & Fictor Ferdinand P. Praktis Belajar Biologi. Jakarta : Grafindo.
Ginsberg,
L. 2008. Lecture notes: Neurologi. Jakarta : Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar